Gandeng UGM, PNP Siap Garap Proyek Digitalisasi Bandara Internasional Minangkabau

Gandeng UGM, PNP Siap Garap Proyek Digitalisasi Bandara Internasional Minangkabau

 

PNP News. Menjawab tantangan Reformasi Industri 4.0 dan merespon pandemi Covid-19, Politeknik Negeri Padang (PNP) bertekat memenuhi kebutuhan digitalisasi dengan sistem cerdas di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) yang meliputi transfer knowledge, pemberian masukan teknologi informasi, scanning penumpang yang hendak masuk terminal, dan pendeteksian ketinggian air di landasan pacu serta kegiatan berkait lainnya.

 

Hal itu mengemuka dalam Webinar Inovasi Penelitian Dosen Bidang Sistem Cerdas yang menghadirkan dua orang narasumber dari Universitas Gajah Mada, Afiahayati, Ph.D., Doktor lulusan Keio University, Japan dan Wahyono, Ph.D., Doktor lulusan University of Ulsan, Korea. Webinar yang berlangsung Sabtu, 20 Juni 2020 tersebut dimoderatori Hendrick, Ph.D., Doktor lulusan Kaohsiung University, Taiwan yang merupakan doktor terbaru PNP serta narahubung, Rahmat Hidayat, S.T., M.Sc., I.T.

Dalam sambutannya, Direktur PNP, Surfa Yondri, S.T., M.T., M.Kom. menyatakan, sebagai lembaga pendidikan vokasi, PNP tertantang dan berkewajiban melahirkan inovasi dan kreatifitas yang bisa dimunculkan dalam situasi pandemi. Sebagai insan akademisi, para dosennya juga dituntut berinovasi dan berkontribusi dalam situasi prihatin negara saat ini. Sehubungan dengan itu, Direktur memberikan apresiasi yang tinggi pada pimpinan Jurusan Teknologi Informasi (TI). “Jurusan TI punya challenge ‘tantangan’ tinggi dan potensial merebut pasar, terutama saat revolusi 4.0 dan pandemi Covid-19 dan tantangan itu harus dijawab, tekannya.

 

 

Kecerdasan Buatan Topik Penelitian Kekinian

Afiahayati yang tampil dalam kesempatan pertama menjelaskan, kecerdasan buatan yang menjadi trend riset kekinian adalah kecerdasan yang ditambahkan kepada suatu sistem yang bisa diatur dalam konteks ilmiah atau bisa disebut juga intelegensi artifisial (Artificial Intelligence) atau disingkat AI yang didefinisikan sebagai kecerdasan entitas ilmiah. Dalam arti lain, sistem yang dibuat dapat berpikir seperti manusia. Kecerdasan buatan merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pemanfaatan mesin untuk memecahkan persoalan yang rumit dengan cara yang lebih manusiawi.

 

 

Kecerdasan buatan biasanya dihubungkan dengan Ilmu Komputer, meskipun juga terkait dengan Matematika, Psikologi, Pengamatan, Biologi, Filosofi, dan lainnya. Kemampuan untuk mengkombinasikan semua bidang ilmu ini bermanfaat untuk menciptakan kecerdasan buatan. Langkah dalam mengembangkan ilmu pengetahuan ini adalah dengan mempelajari sistem syaraf manusia yang kemudian diadaptasi dalam pembuatan mesin.

Wahyono yang tampil dalam kesempatan berikutnya melihat banyak peralatan elektronika yang memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan tersebut, seperti peralatan rumah tangga; kulkas, mesin cuci, mesin pembersih lantai, dan komputer pendeteksi penyakit. “Mesin cuci misalnya diprogram untuk dapat membedakan tingkat ketebalan kain atau mesin detektor ikan dapat menentukan lokasi tempat berkumpulnya ikan sehingga memudahkan kerja para nelayan, jelasnya.

 

 

Selanjutnya, Afiahayati menilai Cina adalah negara yang sukses menekan laju penambahan pasien Covid-19 dibanding negara besar lainnya. Salah satu faktor pendukungnya, Cina menerapkan sistem kecerdasan buatan. Sejak SMA warga Cina sudah dikenalkan pada sistem AI karena yakin hal itu sangat penting. AI tidak hanya milik disiplin ilmu komputer tapi semua bidang, termasuk bidang Sosial Politik, terang Afia. AI membantu mengolah bahasa alami supaya dapat mendeteksi secara akurat kepribadian seseorang. Sosiolog mungkin menempatkan diri sebagai user tapi kita yang menekuni langsung AI harus mampu memunculkan metode atau tool yang lebih baik, terangnya bersemangat.

 

 

Kolaborasi Antarbidang

Afiahayati adalah peneliti khusus pengembangan software dalam bidang medis yang telah banyak dilakukan guna mempermudah praktisi biologi untuk mempelajari informasi yang terdapat pada citra medis. Salah satu hasil citra medis yang ditelitinya adalah comet assay, yaitu hasil elektroforesis cairan tubuh yang didapat dari tubuh manusia, seperti yang lagi marak di saat pandemi Covid-19 ini.

Menurutnya terdapat beberapa tool yang dikembangkan untuk mengklasifikasi tingkat kerusakan DNA pada citra comet assay namun akurasi yang didapat pada tool tersebut masih kurang akurat untuk digunakan. Deep learning adalah sebuah model jaringan syaraf tiruan yang sekarang mulai banyak dikembangkan karena kemajuan kecepatan komputasi. Salah satu varian deep learning, yaitu Convolutional Neural Network yang menunjukkan hasil yang baik dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan data citra.

 

 

Pada penelitian Klasifikasi Kerusakan DNA pada Comet Assay Menggunakan Convolutional Neural Network, Afiahayati mengimplementasikan beberapa model klasifikasi yaitu Convolutional Neural Network (CNN), SVM, dan model berbasis Transfer Learning untuk mengklasifikasi tingkat kerusakan DNA pada citra comet assay. Nilai akurasi yang didapat dari beberapa model tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai akurasi yang didapat pada tool open source Open Comet untuk mencari model terbaik saat dilatih pada dataset dengan jumlah yang sangat kecil.

Di Keio University, Japan, Afiahayati menekuni bioinformatics, ilmu yang mempelajari penerapan teknik komputasi

onal untuk mengelola dan menganalisis informasi biologis. Bidang ini mencakup penerapan metode-metode matematika, statistika, dan informatika untuk memecahkan masalah-masalah biologis, terutama dengan menggunakan sekuens DNA dan asam amino serta informasi yang berkaitan dengannya. Contoh topik utama bidang ini meliputi basis data untuk mengelola informasi biologis, penyejajaran sekuens (sequence alignment), prediksi struktur untuk meramalkan bentuk struktur protein maupun struktur sekunder RNA, analisis filogenetik, dan analisis ekspresi gen.

 

 

Di samping itu, “Inovasi Penelitian Dosen Bidang Sistem Cerdas” menurut Afiahayati termasuk dalam Departemen Komputer dan Elektronika UGM dan lebih dekat ke bidang medis. Salah satu ciri khasnya yang paling penting adalah kolaborasi antarbidang. “Berjalan sendiri akan cepat tapi tidak lebih jauh dari orang yang berjalan bersama. Ini esensi kolaborasi”, jelas Afiahayati berfilsafat. Hal itu menurutnya dikarenakan alasan melakukan kolaborasi karena hasil kolaborasi itu menyangkut hajat hidup orang banyak, saat pandemi Covid-19 ini contohnya, terangnya.

 

Sistem Visi Meminimalkan Risiko

Dalam paparannya berjudul “Vision-Based Intelligent System and Its Applications” Wahyono menjelaskan, sistem visi bergantung pada satu set sensor visual (komponen perangkat keras) untuk mendaftarkan peristiwa-peristiwa tertentu dan pada kecerdasan bawaan (komponen perangkat lunak) untuk menafsirkan peristiwa-peristiwa ini dan bertindak atasnya, sesuai dengan instruksi yang telah ditentukan sebelumnya (logika komputer) . Sistem visi (vision system) memiliki aplikasi luas dalam industri 4.0 karena membantu mengotomatiskan dan mempercepat tugas-tugas yang mungkin berbahaya, mahal, atau tidak cocok untuk dilakukan manusia. Dengan bantuan sistem visi, proses produksi dan inspeksi kualitas dapat dengan mudah diotomatisasi, dan dalam banyak kasus meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya, dan memastikan keselamatan kerja.

Pemanfaatan sistem visi mencakup fasilitas / sekolah umum (aksi manusia dan analisis emosi, pemantauan akses gerbang, pengenalan wajah); pengawasan kota (penghitungan orang, deteksi ramai, analisis perilaku manusia); penegakan hukum (pengenalan wajah, pelacakan multi-kamera dan orang, lokalisasi manusia); pusat perbelanjaan / ritel penghitungan pengunjung, monitor akses gerbang, pengenalan wajah); dan perbankan / keuangan (deteksi loitering di ATM, pengenalan wajah). Peraih World Class Research, Dikti Kemdikbud (2020) ini juga membagi isu hangat untuk penelitian yang berkenaan dengan vision system di Indonesia yakni masalah parkir sembarangan, melewati marka jalan, batas kecepatan, penggunaan helm, melawan arus, menerobos lampu merah, melanggar aturan ganjil genap, tanpa sabuk pengaman, dan bertelepon saat berkendara.

Webinar ditutup dengan kesepakatan kedua narasumber yang mewakili lembaga Universitas Gajah Mada untuk memperkuat PNP menyelenggarakan proyek digitalisasi dengan sistem cerdas di Bandara Minangkabau. Dalam waktu dekat kesepakatan itu akan dikukuhkan dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU).

 

d®amlis