Dengan atau Tanpa Covid-19, Target Pendidikan Vokasi Tetap “Menikah” Dengan Dunia Industri

Dengan atau Tanpa Covid-19, Target Pendidikan Vokasi Tetap “Menikah” Dengan Dunia Industri

 

PNP News“Dengan atau Tanpa Covid-19, perubahan terus terjadi dan mau tidak mau pendidikan vokasi pun menuju kehidupan New Normal yang tetap memanfaatkan daring untuk pembelajaran serta bertarget lulusannya bekerja di dunia industri. Permasalahannya, bagaimana pendidikan vokasi bisa padu ‘link and match’ dengan perindustrian?

 

“Hingga detik ini Kemendikbud terus berusaha dan berkoordinasi dengan Kemenperin,” kata Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbud Wikan Sakarinto di hadapan 900-an orang audiens dalam webinar series bertajuk “Penguatan Link and Match Pendidikan Vokasi dan Industri di Era New Normal”, Sabtu (6/6).

Dalam upaya pencocokan pendidikan vokasi dengan dunia industri di bawah Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tersebut, kompetensi kesiapan bekerja lulusan yang diinginkan kedua belah pihak menurut Wikan jadi pertimbangan utama supaya penyerapan pendidikan vokasi di Kemenperin tidak sia-sia, jelasnya.

 

 

Sehubungan dengan itu, SMK dan perguruan tinggi vokasi serta lembaga pelatihan keterampilan di Indonesia harus ‘menikah’ dengan industri atau dunia kerja. Artinya, harus ada kurikulum baru yang lahir, seperti pembelajaran daring, evaluasi pembelajaran, pembelajaran praktik, proses belajar mengajar (PBM) dan sebagainya. Pendidikan vokasi juga harus membekali lulusannya dengan penguasaan bahasa asing supaya tidak kagok memasuki dunia kerja industri.

 

 

Menyambut generasi pasca milenial [Generasi Z, red.], dosen dan guru harus adaptif dengan perubahan baru karena semua silabus mendadak harus diubah demi memperlancar pendidikan vokasi. Mereka pun dituntut siap dengan pengembangan materi dengan memanfaatkan multimedia, animasi dan video, media dan prasarana yang dominan digunakan dalam operasional dunia industri.

Karena “link and match pada prinsipnya adalah menyatunya pendidikan vokasi dengan dunia industri [diistilahkan Dirjen, “kawinnya” pendidikan vokasi dengan dunia industri], maka kami dunia pendidikan vokasi paham yang diharapkan dunia industri adalah kompetensi lulusan. Oleh karena itu kami  memikirkan bagaimana caranya industri bisa menyerap lulusan pendidikan vokasi. “Kami akan terus melakukan modifikasi dan inovasi melalui pembelajaran daring demi memenuhi syarat minimal yang diharapkan industri,” katanya mantap.

 

 

Simulasi Sebagai Strategi Khusus

Diperkirakan pendidikan vokasi masih melangsungkan pembelajaran sistem daring selama masa pandemi Covid-19, bahkan diusahakan maksimal, namun di sisi lain, pendidikan vokasi membutuhkan banyak waktu praktik (sekitar 60 persen) yang menjadi ciri khasnya. Menyikapi hal tersebut, sekolah dan perguruan tinggi vokasi bisa menerapkan strategi khusus, salah satunya berupa simulasi. Khusus juga untuk pembelajaran yang mewajibkan hands on atau memegang mesin langsung, Kemendikbud menyarankan agar mata kuliah teorinya ditempatkan pada awal semester dan praktiknya ditempatkan di akhir semester, jika memang praktik itu dibutuhkan benar. Hal yang sama juga berlaku untuk mata kuliah yang menerapkan praktik simulasi, terangnya.

 

 

Pendidikan Vokasi Mengurangi Produk Impor

Menurut Dirjen Vokasi Wikan, Kemenperin harus mendukung dan menyerap pendidikan vokasi karena pendidikan vokasi bisa mengurangi produk impor. Sehubungan dengan itu harus ada kompromi terkait bermanfaat tidaknya lulusan perguruan tinggi vokasi ke depannya. Harus ada keputusan dan perubahan yang cepat untuk menyelesaikan permasalahan pendidikan vokasi, karena tak ada yang tahu kapan Covid-19 ini berakhir, pungkas Wikan.

 

d®amlis