Pola Kerja ‘Kutu Loncat’ Tuntut Karyawan Enerjik, Inovatif, Aktif dan Konsisten!

Rektor Universitas International Semen Indonesia Merangkap Presiden Direktur Thang Long Cement JSC, Dr. Ir. Gatot Kustyadji, SE., M.Si.:

——————————————–

“Pola Kerja ‘Kutu Loncat’ Tuntut Karyawan Enerjik, Inovatif, Aktif dan Konsisten!”

Pola kerja “kutu loncat” adalah hal biasa di Vietnam. Orang umumnya bekerja secara individualis, mandiri namun bertanggung jawab berdasarkan proposalnya  dan menjalani sistem kontrak dengan perusahaan. Lumrah di Vietnam 1 orang menangani 1 perusahaan karena skema kerja di Vietnam berbasis proposal, mulai dari awal konsepsi, latar belakang, tujuan, cara pelaksanaan, jadwal dan penganggaran,  hingga laporan jadi, bagaimana melaksanakan seefisien mungkin,  menghitung anggarannya, dan mempertanggungjawabkannya.

 

Demikian diungkapkan Dr. Ir. Gatot Kustyadji, SE., M.Si., Rektor Universitas International Semen Indonesia (UISI) merangkap Presiden Direktur Thang Long Cement JSC, Vietnam dalam Kuliah umum bertema “SDM: Hard and Soft Skills di Era Industri 4.0” di Aula Pertemuan, Lantai 2, Gedung Pustaka, 8 Februari 2018.

Menurut Alumnus S-2 Ekonomi Perencanaan Pembangunan, Universitas Andalas ini, selama ini kita keliru menganggap pelajaran “Pembuatan Proposal” cukup di bangku SD saja, padahal sebaiknya diajarkan kepada semua orang agar mereka terbiasa berpikir mandiri.

 

Logo Thang Long Cement JSC

 

Meskipun  kemandirian sangat diutamakan di Vietnam, perlakuan terhadap karyawan alumnus D-3 tak ada bedanya dengan alumnus  alumnus S-1, asal bisa kerja. Jika karyawan baru tidak tahu mengenai pekerjaan mereka, mereka bisa bertanya pada senior atau pimpinan. Di Thang Long Cement JSC, Vietnam , misalnya, top managemen merangkap fungsinya sebagai pendidik.  Meskipun direkturnya cuma  4 orang,  karyawan perusahaan ini mencapai 867 orang.

Tidak berimbangnya perkembangan teknologi dibanding SDM atau tidak memadainya kesiapan SDM di Indonesia harus disiasati sedini mungkin jika lulusan PNP ingin mengikuti pola kerja di “Negeri Paman Ho” (Ho Chi Minh) tersebut. Struktur organisasi perusahaannya  bersifat metrik, tidak struktural dan informasi bersifat penting. Dalam struktur metrik atau kuantitatif (data berupa angka), pengukuran kinerja seorang karyawan dapat diketahui perbedaannya dalam jumlah atau derajat karena variabel yang diukur menggunakan skala interval dan ratio, jelas pria yang mengaku mendapat gelar “Pandeka Dirajo” dari Pagaruyuang dan lebih menerapkan filosofi Minang ketimbang Jawa ini.

 

Bangunan pabrik semen Thang Long Cement JSC

 

Karena pola kerja metrik tadi itu juga, Gatot mengimbau mahasiswa agar gemar berolahraga dan tidak sembarangan mengkonsumsi makanan. Olahraga itu dianjurkan Rasulullah karena aktifitas kerja berjalan lancar jika tubuh bugar. Di jaman Rasulullah mungkin olahraga favorit adalah  memanah dan naik kuda, sekarang banyak pilihan. Dari 75 orang pelamar yang menjalani tes, 5 di antaranya menderita penyakit kronis, karena makannya mungkin semasa kuliah melulu Indomie, dan malas memasak, dan sebelum 50 tahun sudah menderita penyakit kronis, terangnya.

Di samping itu, pada  Human Capital 4.0 menurut Gatot,  orang tidak lagi bicara kriteria unjuk kinerja dan skor potensi asesmen semata untuk pengelolaan karier, namun seberapa mampu organisasi mengidentifikasi mereka yang memiliki energi, aksi, dan konsistensi untuk menciptakan perubahan sistemik secara sinergis serta berdampak sosial di tengah turbulensi ‘gelora’ ketidakpastian, jelasnya.

 

Mahasiswa PNP Harus Berani Move On ke Perusahaan Asing

Sebelumnya, Direktur PNP, Surfa Yondri, memaparkan, sekitar 17.000 orang alumni PNP tersebar di Indonesia, bahkan di luar negeri, termasuk di PT Semen Padang. Praktik  Kerja Lapangan (PKL) mahasiswa PNP dominan dijalankan di luar provinsi karena keterbatasan pabrik atau manufaktur di daerah ini. “Tak mungkin semua bisa diterima magang di PT Semen Padang, misalnya.  Mumpung tiket pesawat Padang-Jakarta mahal, mahasiswa PNP harus berani move on ke perusahaan yang ada di Malaysia”, terang Yondri.

 

Direktur PNP, Surfa Yondri, memaparkan, sekitar 17.000 orang alumni PNP tersebar di Indonesia

 

Yondri juga mengungkapkan , persoalan krusial PNP saat ini adalah keterbatasan peralatan praktik pendukung Revolusi Industri 4.0. PNP butuh bantuan strategi dan ketersediaan peralatan tersebut, apalagi semester depan akan diberlakukan perpanjangan masa magang mahasiswa dari 3 bulan menjadi 6 bulan; dengan asumsi 3 bulan training di industri, 3 bulan berikutnya beradabtasi sebagai karyawan.

Menjawab Direktur PNP, Gatot menyatakan, kolaborasi adalah suatu hal yang mutlak, tidak bisa ditawar-tawar lagi di era Revolusi 4.0. Dulu jika pabrik lokal collaps, pesaing lokalnya mensyukuri, tapi sekarang cara pikir tersebut harus diubah. Jika produk lokal berlebih, sesama perusahaan lokal harus berusaha untuk membelinya, karena jika produk berlimpah di pasaran, harganya akan turun, dan produsen terpaksa menjualnya keluar.Jika sudah di tangan asing akan berbalik menjadi bumerang bagi perusahaan dan produsen dalam negeri.

Di sisi lain, menyikapi dunia global, kita jor-joran mengundang orang ke negeri ini dan senangnya setengah mati, tapi adakah dan siapakah yang mengirim orang kita keluar negeri?

 

Suasana tanya jawab mahasiswa dengan nara sumber

 

Berkaitan dengan itu,  apapun yang dilakukan, harus berpikir pada tujuan. Keputusan untuk memilih objek PKL sebaiknya juga mempertimbangkan hendak bekerja di mana mahasiswa tersebut setelah tamat nantinya. Mahasiswa setelah tamat mau bekerja kemana, itu yang penting, karena apa yang mereka tetapkan saat ini, akan membentuk jati diri mereka di masa depan. Kita sudah memasuki dunia manusia global yang menuntut kerserbajelasan. Di bandara saja, distribusi Semen Indonesia tidak bicara domestik atau Indonesia lagi, tapi langsung menunjuk Bali atau Minangkabau, papar pria yang megawali kariernya di PT Semen Padang pada 1990 ini.

Gatot mengaku tidak percaya jika dikatakan daya saing lulusan perguruan tinggi berdarah Sumatera Barat kurang . Saya melihat orang Minang jika memilih perguruan tinggi hampir selalu berkiblat  ke ITB atau UI. Artinya, standar pendidikannya sudah cukup, namun masalahnya mau praktik dimana, di provinsi ini tidak banyak pabrik atau manuaktur. Menjalani Revolusi Industri 4.0, lulusan perguruan tinggi vokasi harus banyak memiliki kesiapan untuk memasuki dunia kerja. Khusus untuk PNP, kompetensi dan daya saing  lulusannya harus lebih dari yang lain, ujar pria yang menjabat Direktur, saat masih menjalani pendidikan S-3 di Universitas Brawijaya ini.

 

Perbandingan Kesejahteraan Karyawan Indonesia dan Vietnam

Gatot yang mengaku dekat dengan Dubes RI untuk Vietnam, Ibnu Hadi ini memaparkan, jumlah penduduk Vietnam hanya 92 juta jiwa, sementara Indonesia lebih dari  263 juta jiwa. Pertumbuhan ekonomi di Vietnam 6.5-7%, sementara di Indonesia 5% setelah 4.3 %, itu pun setelah dipoles-poles. Namun  pengangguran di Vietnam cuma 2%. Nilai uang Vietnam cuma separuh dari nilai Rupiah, sementara jika kita ke Malaysia,  nilai Rupiah kita malah lebih rendah.

 

Infrastruktur pabrik semen Thang Long Cement JSC

 

Karyawan di Indonesia dan di Vietnam sama-sama mendapatkan gaji.Tunjangan kesehatan karyawan di Indonesia ditanggung oleh perusahaan atau  negara, sementara karyawan di Vietnam, tunjangan kesehatan mereka  80 % ditanggung negara dan 20 % ditanggung oleh karyawan itu sendiri. Karyawan di Indonesia akan menikmati Program Pensiun, sementara di Vietnam tidak ada. Karyawan di Indonesia mendapatkan cuti hamil plus gaji perusahaan selama 3 bulan, sementara di Vietnam mendapatkan cuti hamil plus gaji perusahaan selama 6 bulan. Bekerja di perusahaan di Indonesia  dimungkinkan berbasis keuntungan, sementara di Vietnam bonusnya relatif kecil. Fungsi serikat buruh atau karyawan cukup berpengaruh dalam berpartner dengan perusahaan di Indonesia, sementara trade union di Vietnam hampir tidak ada pengaruh terhadap keputusan perusahaan untuk lingkungan karyawan.

Gatot menjabat CEO Thang Long Cement JSC 2028-November 2019, setelah mengakhiri jabatan sebagai Dirut PT Semen Gresik  periode 2017-2018, dan sebelumnya Direktur PT Semen Indonesia pada 2014-2017,  Direktur PT Semen Tonasa 2005-2014, dan jabatan awal sebagai Staf di PT Semen Padang pada 1990-2005.

 

d®amlis

*Foto : Teddy W