Kuliah Bahasa Inggris Pendidikan Vokasi Abad 21: Fleksibel, Merdeka dan Saling Menghargai!

Kuliah Bahasa Inggris Pendidikan Vokasi Abad 21: Fleksibel, Merdeka dan Saling Menghargai!

 

PNP News. Pembelajaran Bahasa Inggris abad ke-21 pada pendidikan vokasi di Indonesia harus lebih fleksibel, merdeka, dan saling menghargai antara dosen dan mahasiswa, dalam mengikuti dan menerima perubahan serta tuntutan pendidikan abad ke-21.

 

Hal itu mengemuka dalam Orasi Ilmiah Dr. Yohannes Telaumbanua, S. Hum., M.Pd. dalam Dies Natalis ke- 35 Politeknik Negeri Padang yang dilangsungkan di Kampus Limau Manis, Padang.

Fleksibilitas yang dimaksud pria kelahiran Gunungsitoli, Nias, 6 Agustus 1978 ini adalah fleksibilitas yang terukur dan harus lebih mengarah atau mempertahankan landasan filsafat pragmatisme John Dewey dalam menggambarkan, mempertimbangkan, serta memaknai pandangan pembelajaran Bahasa Inggris.

 

 

John Dewey adalah seorang filsuf dari Amerika Serikat yang menjadi salah satu perintis pemikiran pragmatisme. Ia dikenal sebagai kritikus sosial tentang pendidikan yang kemudian merintis dasar keilmuan di bidang psikologi pendidikan. Ia lahir di Burlington pada tahun 1859 dan menempuh pendidikan di Baltimore.

Pragmatisme (John Dewey) menekankan bahwa manusia adalah makhluk yang bebas, merdeka, kreatif serta dinamis. Manusia memiliki kemampuan untuk bekerja sama untuk membangun masyarakat. Pragmatisme mempunyai keyakinan bahwa manusia mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar.

Selain berkiblat pada teori John Dewey, alumnus S3 Universitas Negeri Padang ini juga mengacu pada nilai-nilai humanisme Abraham Maslow dan Carl Rogers. Mengutip Rogers, proses belajar membutuhkan sikap saling menghargai dan memahami antara murid dan guru tanpa ada prasangka dari kedua belah pihak. Dengan demikian proses belajar berjalan dengan baik.

Ia melihat, dalam perkuliahan selama ini, peran dosen cenderung menguliahi atau menceramahi mahasiswa, sementara mahasiswa hanya menerima pengetahuan secara pasif untuk kemudian menjalani ujian dan mendapat nilai. Mahasiswa yang memiliki nilai tertinggi secara akademik adalah mahasiswa yang cerdas, sementara mahasiswa yang memiliki nilai sedang dan terendah adalah mahasiswa yang tidak cerdas, terangnya.

Prinsip penilaian tradisional seringkali terjadi dalam proses penilaian pengetahuan dan skill Bahasa Inggris mahasiswa vokasi. Singkatnya, mahasiswa mengikuti ujian tertulis atau ujian lisan secara individual, terstruktur, dan sistematik. Soal-soal Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir Semester dirahasiakan sampai waktu ujian berlangsung. Akibatnya mahasiswa harus mempelajari semua materi perkuliahan meskipun hanya sebagian saja yang diujikan, tekannya lagi.

Dengan demikian, perkuliahan konvensional terbangun dalam 4 pilar Assignment-Study-Recitation (memorization of information Based on repetition) Test. Konsep ini secara tidak langsung menguatkan nilai-nilai keluhuran pembelajaran konvensional yang memegang prinsip atau berlandaskan filosofi pendidikan tradisional yang idealis dan realis.

Alasannya, karena sebagian besar mahasiswa belajar Bahasa Inggris tanpa memahami makna, tujuan, serta kegunaannya dalam kehidupan nyata.

Dasar berpijak tersebutlah yang mendorong Yohannes untuk mengorasiilmiahkan konsep “Pembelajaran Bahasa Inggris dalam Perspektif ‘Filsafat Pragmatisme John Dewey”: Sebuah Kajian Kritis terhadap Pengajaran Bahasa Inggris pada Pendidikan Vokasi di Indonesia’.

Penerapan metode pembelajaran mengedepankan nilai-nilai humanisme yang digagas oleh Abraham Maslow dan Carl Rogers terlihat dalam proses interaksi, pendidikan, dan pembelajaran, serta menerima dan menjaga keberagaman sebagai sebuah nilai univesal umat manusia.

Sebagai contoh penerapan humanisme dalam pendidikan yaitu Confluent Education, Open Education dan Cooperative Education. Confluent Education adalah cara melibatkan para siswa secara pribadi di dalam pembelajaran tersebut.

Adapun prinsip belajar humanistik menurut Carl Rogers harus mencakup beberapa hal, yaitu hasrat untuk belajar, belajar yang berarti, belajar tanpa ancaman, belajar harus inisiatif sendiri, serta belajar dan perubahan

Di sisi lain, Pragmatismenya John Dewey menekankan bahwa manusia adalah makhluk yang bebas, merdeka, kreatif serta dinamis. Manusia memiliki kemampuan untuk bekerja sama untuk membangun masyarakat. Pragmatisme mempunyai keyakinan bahwa manusia mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar.

John Dewey yang diacunya menjelaskan 6 langkah strategi pembelajaran berdasarkan masalah yang kemudian dinamakan metode pemecahan masalah (problem solving), yaitu merumuskan masalah, menganalisis masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, menetapkan hipotesis, dan merumuskan rekomendasi pemecahan masalah.

Yohannes Telaumbanua, menyelesaikan pendidikan S1 di Universitas Bung Hatta dalam bidang Bahasa dan Sastra Inggris, Kajian Linguistik pada 2005. Gelar Magister Pendidikan Konsentrasi Pendidikan Bahasa Inggris diraihnya di Universitas Negeri Padang pada 2007.

Setelah bergabung dengan Politeknik Negeri Padang pada 2009, pria yang mengaku sebagai penikmat gagasan-gagasan the John Dewey’s theory of pragmatisme ini menyelesaikan Pendidikan Doktoral Ilmu Pendidikan Konsentrasi Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Negeri Padang pada 2019.

 

 

Dalam kesehariannya, selain memberi kuliah Grammar 1 dan 2, Writing 1 dan 1, Writing for General Communication, Writing for Professional Communication, Report Writing, Discourse for Media Communication, General English (GE), Applied English (AE), TOEIC, Introduction to Linguistics, dosen berzodiak Singa (Leo) ini gemar mentintaemaskan gagasan-gagasannya dalam beberapa buku yang berkaitan dengan ELT.

 

 

English Language Teaching (ELT) dimaksud mencakup English for Mechanical Engineering, Paragraph Writing for Vocational College Students; Grammar: Grammatically Complete Ideas; mendesain model pembelajaran I-bLA-based Englih Writing Learning Model; Kurikulum Bahasa serta publikasi karya ilmiah pada jurnal terindeks Scopus dan Sinta 1-2.

Pemilik motto “Scibere scribendi discere discendo disces” (Anda akan belajar belajar menulis dengan belajar) ini dapat disuratelektronikkan pada akun yohannespnp@yahoo.com.

 

 

Mempersunting Si Cantik, Aswita Rahayu, alumnus Fakultas Ekonomi, Universitas Andalas, kelahiran 1 Agustus 1979, Yohannes dikaruniai 2 orang putra: Darrel Dzaki Telaumbanua dan Keandra Dzaki Telaumbanua. Sehari-harinya, Aswita Rahayu, S.E., M.M. disibuki sebagai Kasubag Analisis Ekonomi Mikro Biro Perekonomian Setda Provinsi Sumatera Barat di Kantor Gubernur Rumah Bagonjong, Sudirman, Padang.

VOKASI KUAT, MENGUATKAN INDONESIA!

 

 

 

d®amlis