In Memoriam Fauna Adibroto: “Aku tidak ke mana-mana, tapi selalu ada di mana-mana!”

 In Memoriam Fauna Adibroto:
________
“Aku tidak ke mana-mana, tapi selalu ada di mana-mana!”

 

 PNP NEWS
Pemakaman yang terletak di kawasan Perumahan Karyawan Unand Ulu Gadut, siang itu seolah menghitam dibanjiri oleh para pelayat yang dominan mengenakan pakaian serba hitam.

Selain mahasiswa Teknik Sipil yang memang memiliki uniform keseharian serba hitam, para pelayat seolah ingin mengungkapkan, mereka hari itu sangat berduka karena kehilangan anggota keluarga, kerabat, atau sahabat.

 

 

 

 

Seperti bawaannya yang cool, Mas Tole terlahir di kawasan sejuk Padangpanjang sebagai anak ke-3, pada 30 Desember 1969. Sebagai anak laki-laki, Mas Tole lebih mewarisi kelembutan dan kecantikan ibunya yang jelita, Tante Tarmo, dibanding kedua kakaknya, Mba Wiwin dan Mba Ririn.

 

 

Meskipun demikian, dalam pergaulannya sejak kecil di Asrama Bimob Silaing Bawah (Padang Panjang), putra Oom Tarmo (sebutan untuk kalangan ABRI), Mas Tole selalu percaya diri. Jika berdiri hampir selalu mengambil posisi center, seolah dikawal di kiri dan kanan oleh teman-temannya. Mainnya juga sering ke asrama atas, pemukiman Komandan Kompi Brimob. Sampai sekarang pun, jika berfoto, alumnus ITB 2003 ini selalu tampil di tengah.

 

 

 

 

Namun berbeda pada wanita dan mereka yang lebih tua, sosok humble, mantan Pembina UKM Satgas ini selalu menerapkan ladies first! bahkan Mas Tole seolah jadi penyelamat untuk hal yang mustahal bin mustahil sekalipun. Misalnya saat Dr. Sukatik ragu berfoto bertiga usai Upacara Peringatan HUT RI ke-77 baru-baru ini.

 “Jangan berfoto bertiga, nanti ada yang duluan mati di antara kita!”

Dr. Sukatik berkata setengah bercanda setengah serius. Matanya menyapu lapangan parkir, berusaha mencari sosok yang dijadikan orang keempat dan seterusnya sebagai teman berfoto, dan tentu saja bukan yang tengah bersiap menjadi tukang foto.

Meski dalam logikanya manusia bakalan mati, namun ada kebiasaan dalam sebagian masyarakat untuk menghindari foto bertiga.

Entah mendengar percakapan itu, entah tidak, beberapa belas meter dari depan, Mas Tole dengan pakaian Korpri edisi terbaru lengkap dengan kopiah berlari-lari kecil ke spanduk yang ditempel di pilar teras Gedung B, yang dijadikan pojok selfie. Di belakangnya menyusul Aprinal Adila Asril. Senyum keduanya secerah pagi bersejarah ditambah cekikikan mereka yang dihantui tahyul.

 

 

“Meskipun Mas Fauna sudah lama menjadi Mantan Pembina UKM Satgas namun beliau masih rajin datang dalam acara seremonial organisasi. Setelah Mas Fauna, UKM Satgas dibina oleh Pak Sepri Neswardi, baru jatuh pada saya.

Entah punya feeling apa atau mungkin semata karena penghormatan pada senior, saya mempersilakan Mas Fauna memimpin upacara saat Serah Terima Jabatan (Sertijab) mahasiswa pengurus organisasi ini, Agustus 2022. Saya dan Satgas di bawah binaan Mas Fauna sudah terlibat secara emosional sejak berstatus mahasiswa”, demikian Dedi Kurniadi berkisah di tengah Persiapan Akreditasi Prodi Sarjana Terapan Teknik Telekomunikasi dan Elektronika di Hotel Truntum.

 

 

 

 

Dedi yang selalu memantau perkembangan kesehatan almarhum sejak jatuh dari kamar mandi dan mengalami koma merasa haru dan bersyukur karena pernah membuat kesempatan terbaik, menawarkan pada Fauna Adibroto untuk memimpin Sertijab UKM Satgas, di hari-hari terakhir hidup dosennya itu.

Suatu penghormatan yang dia berikan di UKM Satgas yang dia banggakan karena ajang untuk menempa mahasiswa untuk dapat berfikir terbuka, tidak panik, dan dapat menyelamatkan masyarakat, misalnya saat ditimpa bencana.

 

 

Lain halnya dengan Mukhlis, dosen muda dari Jurusan Teknik Sipil.

“Saya mengenal Pak Fauna sejak 1998, ketika beliau pertama masuk sebagai dosen kontrak Poli dan saya sebagai mahasiswa yang baru tamat yang dikaderkan menjadi staf pengajar”.

 

 

Dosen muda yang selalu meneteskan air mata saat prosesi persemayaman hingga pemakaman di Komplek Perumahan Unand Ulu Gadut Padang ini berusaha untuk merangkai kenangan dan kata-kata tentang sosok yang dijadikan panutannya.

“Beliau saya anggap sebagai senior, Abang, karena sudah seperti saudara kandung sendiri. Dari beliau saya banyak belajar disiplin, kerapian dan kepemimpinan sebagai dosen. Beliau mengajarkan bagaimana harus memiliki loyalitas tinggi terhadap institusi. Beliau mengajarkan bagaimana kita harus tetap tersenyum dan ramah terhadap semua orang, walaupun orang itu tidak kita sukai, bahkan zalim sekalipun. Beliau banyak membina saya menjadi orang yang lebih bijak walaupun kadang-kadang saya sulit menerima semua itu dengan logika. Saya bangga mengenal beliau. Saya bahagia beliau bagian dari perjalanan hidup saya. Beliau yang pergi tetap dengan senyum…..”

 

 

Sosok yang menghindari berbantahan dan lebih memilih meninggalkan majelis daripada bersitegang urat leher dan memutus silaturrahim ini, terlibat aktif dalam beragam penelitian perancangan jalan dan jembatan. Ia juga sempat mengomandoi pembangunan bangunan tahan gempa kerjasama Politeknik Negeri Padang dengan University Tokyo dan JICA pada 2017.

 

 

Dalam sambutan saat prosesi penyelenggaraan jenazah, Direktur Politeknik Negeri Padang Surfa Yondri mengungkapkan sifat baik Fauna Adibroto dengan panggilan ngetop “Fauna” dan panggilan kesayangan sejak kecil “Tole”.

Sepanjang pengabdian Almarhum di Politeknik Negeri Padang insyaallah Beliau adalah sosok yang taat kepada Allah SWT, berintegritas, disiplin, ikhlas dalam pengabdian, selalu memberikan pencerahan terhadap Civitas Akademika, dan memiliki kepribadian yang baik, memiliki sosial yang tinggi, serta memiliki rasa tanggung dalam melaksanakan tugas. Beliau juga memiliki semangat dan motivasi yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari, rincinya.

Mas Adi senang membantu orang, suka bercanda, teman diskusi yang baik, suka ngasih motivasi ke mahasiswa, rajin koordinir apel pagi, rutin olahraga setiap Rabu pagi, selalu berusaha meluangkan waktu untuk mengkoordinir kegiatan kompensasi dan banyak hal lainnya, bahkan Mas Adi pergi sebelum rencana pengabdian masyarakat kita terlaksana, Etri Suhelmidawati, dosen yunior mengenang almarhum dengan menahan rasa haru yang menyesakkan dadanya.

 

 

Bagi Etri, Mas Adi yang diakrabinya ini tidak melulu identik sebagai dosen serius. Fauna Adibroto membiarkan orang bebas memaknai dirinya. Kadang dia dianggap sebagai sosok yang humoris dan terkadang berubah menjadi misterius.

Tagline-nya yang viral di kalangan mahasiswanya: “Saya tidak kemana-mana, tapi selalu ada di mana-mana!”

“Mas Fauna akan selalu ada di hati kami selamanya. Meski sahabat terbaik itu telah pergi namun kebaikannya akan selalu terpatri di [dada, red.] sini… Our thoughts and prayers are always with you”, ungkap alumnus The University Of Tokyo (Japan), di ‘hari berat’ yang kedua.

 

 

 

 

Insert

 

 

Fauna Adibroto, S.T., M.T tutup usia pada Senin, 12 September 2022 sekitar pukul 21.30 WIB di RSUP M. Jamil Padang, dalam usia 52 tahun 9 bulan.

Dilahirkan di Padangpanjang, pada 30 Desember 1969. Pengangkatannya sebagai Dosen Pegawai Negeri Sipil, Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Padang pada 1 Maret 1999 mencapai masa kerja 23 tahun 6 bulan.

Almarhum menjalani pendidikan SD Negeri 17 Padangpanjang (1983), SMP Negeri 1 Padangpanjang (1986), SMA Negeri 3 Padang (1989), D3 Politeknik Engineering Universitas Andalas Padang (1992), S1 Teknik Sipil Universitas Gajah Mada (1997), dan S2 Institut Teknologi Bandung (2003).

Fauna Adibroto menikahi Nevi Mariani, S.E. (1999) dan dikaruniai seorang putri Raissa Widyadhana yang lahir pada 6 Juli 2002.

 

 

 

 

VOKASI KUAT, MENGUATKAN INDONESIA!

 

d®amlis