PBL: Model Pembelajaran Terbaik Pendidikan Vokasi: Semua Jurusan di PNP Siap dengan PBL Andalan

PBL: Model Pembelajaran Terbaik Pendidikan Vokasi: Semua Jurusan di PNP Siap dengan PBL Andalan

 

PNP News. Teaching factory dan teaching industry bisa jalan tergantung bagaimana kesiapan koordinator program studi perguruan vokasi dan timnya menyiapkan Project Based Learning (PBL), model pembelajaran yang melibatkan mahasiswa dalam suatu kegiatan proyek untuk menghasilkan suatu produk.

Hal itu diungkapkan Wakil Direktur 1, Revalin Herdianto dalam “Focus Group Discussion (FGD) untuk Project Based Learning (PBL) Seri2” Politeknik Negeri Padang (PNP) di Truntum Hotel, Jumat, 22 Mei 2022.

 

 

Model Pembelajaran Teaching Factory merupakan model pembelajaran bagi Sekolah Vokasi maupun Perguruan Tinggi Vokasi yang berbasis produksi/jasa yang mengacu pada standar dan prosedur yang berlaku di industri dan dilaksanakan dalam suasana seperti yang terjadi di industri. Teaching Factory (TEFA) menjadi konsep pembelajaran dalam keadaan yang sesungguhnya untuk menjembatani kesenjangan kompetensi antara pengetahuan yang diberikan lembaga pendidikan dan kebutuhan dunia industri.

Di sisi lain, teaching industry merupakan kegiatan riset, pengembangan, dan inovasi yang melembaga dengan model bisnis kolaborasi antara perguruan tinggi dengan industri. Tujuannya untuk meningkatkan pembelajaran dan penelitian. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas dan kapabilitas perguruan tinggi untuk dapat menghasilkan produk litbang dan inovasi ke industri dunia bisnis nyata. Selain itu juga diharapkan mampu meningkatkan tingkat kinerja industri melalui penggunaan keahlian penelitian dari sumber daya akademik secara efektif.

Lebih lanjut dikatakan, Pembelajaran Berbasis Proyek dilatari dari keinginan membantu mahasiswa dalam belajar untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang kokoh dan bermakna-guna (meaningful-use) yang dibangun melalui tugas-tugas dan pekerjaan yang outentik; memperluas pengetahuan melalui keoutentikan kegiatan kurikuler yang terdukung oleh proses kegiatan belajar melakukan perencanaan (designing) atau investigasi yang open-ended, dengan hasil atau jawaban yang tidak ditetapkan sebelumnya oleh perspektif tertentu; dan dalam proses membangun pengetahuan melalui pengalaman dunia nyata dan negosiasi kognitif antarpersonal yang berlangsung di dalam suasana kerja kolaboratif.

Lebih lanjut dikatakan, Pembelajaran Berbasis Proyek dilatari dari keinginan membantu mahasiswa dalam belajar untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang kokoh dan bermakna-guna (meaningful-use) yang dibangun melalui tugas-tugas dan pekerjaan yang outentik; memperluas pengetahuan melalui keoutentikan kegiatan kurikuler yang terdukung oleh proses kegiatan belajar melakukan perencanaan (designing) atau investigasi yang open-ended, dengan hasil atau jawaban yang tidak ditetapkan sebelumnya oleh perspektif tertentu; dan dalam proses membangun pengetahuan melalui pengalaman dunia nyata dan negosiasi kognitif antarpersonal yang berlangsung di dalam suasana kerja kolaboratif.

“Hal ini juga dilatari oleh lemahnya softskill mahasiswa dalam problem solving. Itu terlihat dari terbatasnya interaksi, dialog atau bertukar pikiran, mengungkapkan pikiran melalui presentasi, mempertahankan argumen, dan mencarikan pemecahan masalah yang mereka hadapi”, terang Wakil Direktur 1.

“Meskipun demikian, tidak ada penerapan PBL yang baku, tergantung prodi dan kepiawaian koordinator dan timnya di Prodi mencari formula yang cocok untuk prodi masing-masing”, tegas Wakil Direktur 1 dalam FGD yang menghadirkan narasumber tunggal Sudra Irawan dari Politeknik Negeri Batam tersebut.

PBL yang dibangun tiap prodi tersebut mengacu pada Indikator Kinerja Utama (IKU) PNP dalam mencapai tujuan dan sasaran tertentu yang termaktub dalam Renstra PNP 2020-2024. IKU tersebut juga mengacu pada 8 indikator kinerja utama perguruan tinggi. Kedelapan indikator utama tersebut adalah lulusan mendapat pekerjaan yang layak; mahasiswa mendapat pengalaman di luar kampus; dosen berkegiatan di luar kampus; praktisi mengajar di dalam kampus; hasil kerja dosen digunakan oleh masyarakat; program studi bekerjasama dengan mitra kelas dunia; kelas yang kolaboratif dan partisipatif; dan program studi berstandar internasional.

 

PBL: Model Pembelajaran yang Berpusat pada Mahasiswa

Sudra Irawan yang tampil tunggal dalam FGD bertopik “Penguatan Implementasi Project Based Learning pada Politeknik” tersebut mengklaim, PBL adalah model pembelajaran terbaik untuk pendidikan vokasi.

 

 

Pembelajaran ini dinilainya mampu memotivasi mahasiswa untuk belajar karena model pembelajaran ini lebih menekankan pada aktivitas peserta didik mencari solusi dan dapat memecahkan suatu masalah dalam kehidupan nyata. PBL merupakan pembelajaran yang berdasarkan pada masalah-masalah kontekstual, yang membutuhkan upaya penyelidikan dalam usaha memecahkan masalah.

Model pembelajaran ini berpusat pada mahasiswa sebagai peserta didik dengan cara menghadapkan mereka pada berbagai masalah dalam kehidupan nyata dan mereka mencoba untuk memecahkannya. Mahasiswa sebagai peserta didik memiliki tanggung jawab untuk menganalisis dan memecahkan masalah tersebut dengan kemampuan sendiri, sedangkan peran dosen sebagai pendidik hanya sebagai fasilitator dan memberikan bimbingan kepada mahasiswa. Hal yang menarik dari model pembelajaran ini, instrumennya didesain oleh dosen yang sangat berhubungan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari, terutama masalah yang dekat dengan kehidupan, rinci Ketua Jurusan Teknik Informatika Politeknik Negeri Batam ini.

Meskipun demikian, Sudra menarik garis tegas antara pengerjaan proyek dengan PBL. Dalam pengerjaan proyek, mahasiswa sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan; mereka bisa melakukan sendiri di rumah tanpa dosen dan tanpa perlu kolaborasi; setiap proyek memiliki tujuan yang sama; proyek tersebut tidak bisa digunakan untuk menyelesaikan real-world problem; dan hasil proyek cukup diserahkan saja.

Sementara, dalam PBL mahasiswa belajar pengetahuan, keterampilan, dan sikap dari proyek/ produk/ problem yang dikerjakan; memerlukan panduan dosen dan kerjasama tim; akan ada banyak variasi pilihan dan ide; bisa menghasilkan solusi untuk menyelesaikan real-world problem; dan produk dipresentasikan ke publik termasuk orang di luar kelas.

Tahapan pelaksanaan PBL tersebut adalah memulai proyek dan menjelaskan “driving question” (fokus pada pertanyaan dan masalah); membangun pengetahuan, pemahaman dan keterampilan untuk menjawab driving question; membangun, merevisi ide dan produk serta menjawab driving question; dan mempresentasikan produk dan menjawab driving question.

Sudra merinci tahapan pengimplementasian PBL untuk Kurikulum Eksisting (tanpa mengubah kurikulum). Pertama, memetakan jenis proyek yang bisa dikerjakan dalam kurikulum eksisting. Kedua, menyesuaikan pengelompokan matakuliah berdasarkan jenis proyek yang dapat dikerjakan (kurikulum). Dalam hal ini dibolehkan mengubah distribusi semester matakuliah, asalkan tidak mengubah kode dan nama matakuliah. Ketiga, pemetaan jenjang dan scope project. Acuannya bisa level semester, prodi terlibat, estimasi durasi proyek. Tahap terakhir adalah pemetaan sumberdaya (mahasiswa dan workspace) masing-masing jenis proyek. Hal ini digunakan untuk estimasi proyek yang bisa dikerjakan dalam 1 semester.

Pembagian peran aktor PBL di tiap jurusan terdiri dari dosen pengampu sebagai deliver pengetahuan/ konsep/ keterampilan dan diskusi terkait proyek yang dikerjakan, menyusun RPS dan rubrik penilaian; Manajer Proyek Dosen dan Dosen RPL Memimpin pelaksanaan PBL, mensupervisi, mengevaluasi, penilaian, mendokumentasikan, menyusun RPP dan mereka juga dibantu oleh Co-Manajer Proyek; Tim Mahasiswa melaksanakan proses perancangan, implementasi, pelaporan; Laboran menyiapkan wokspace/lab, menyediakan BHP (merekap dari RPP, LPJ, dan monitoring); dan klien atau customer berperan sebagai Pengusul Proyek (Industri/Instnasi Pemerintah/UMKM/dll. Dosen Koordinator, Pengampu/Pengajar Semester depan dipublikasikan ke dosen paling lambat pertemuan 10 Semester berjalan Manager Proyek (Manpro) dibagi di tingkat Jurusan (asas: kompetensi dan pemerataan). Tim Mahasiswa dibagi di level Jurusan (bersama dengan semua prodi, bukan oleh pengampu/pengajar), sebelumnya rapat pleno dengan jurusan lain.

 

 

Dalam laporannya, Ketua Panitia Penyelenggara FGD, Sukartini melaporkan, FGD tersebut dihadiri oleh seluruh utusan jurusan yang ada di Politeknik Negeri Padang. Masing-masing utusan tampil mempresentasikan mata kuliah PBL mereka dengan dimoderatori oleh Aguskamar dan Desi Handayani. Setiap penampilan akan dikomentari oleh narasumber tunggal sebagai masukan untuk penyempurnaan PBL unggulan masing-masing jurusan.

VOKASI KUAT, MENGUATKAN INDONESIA!

 

 

d®amlis