Alhapen R. Chandra: ” Ice Breaker dan 10 Model Pembelajaran di Perguruan Vokasi yang Terlupakan”

Laporan Khusus dari Pelatihan Pekerti

Alhapen R. Chandra: ” Ice Breaker dan 10 Model Pembelajaran di Perguruan Vokasi yang Terlupakan”

 

PNP News. Sebagian dosen gampang terjebak dalam pemampatan materi ajar sehingga lupa dan mungkin enggan melakukan aktivitas ice breaking. Dosen sering secara rutin memberi kuliah sesuai prosedur dan jadual yang telah ditentukan, dan terjebak dalam rutinitas tersebut tanpa memperhatikan kondisi dan kebutuhan mahasiswa. Hal ini berlangsung berjam-jam, berhari-hari, berminggu-minggu, eh, tahu-tahu 1 semester pun sudah usai. Besar kemungkinan, hal ini membuat mahasiswa mengalami kejenuhan, keletihan, kebosanan, kecemasan, dan ketakutan.

 

Alhapen Ruslin Chandra, SE., MT., M.Com. mengungkapkan hal itu dalam paparannya tentang “Model Pembelajaran Pendidikan Vokasi” dalam Pelatihan Peningkatan Keterampilan Dasar dan Instruksional (Pekerti) yang diselenggarakan Politeknik Negeri Padang, 15-17 Maret 2021.

Tampil prima menggantikan dosen senior Dr. M. Alwys yang tiba-tiba mesti dirawat di rumah sakit, Alhapen mengingatkan pentingnya konsentrasi dari peserta didik untuk menguasai 10 keterampilan yang dituntut dunia kerja di Era Revolusi 4.0.

 

 

Kesepuluh skill itu adalah kemampuan memecahkan masalah yang kompleks, berpikir kritis, kreatif, menguasai manajemen orang, mampu berkoordinasi dengan orang lain (termasuk berbicara di depan umum dan bahasa asing), menguasai kecerdasan emosional, mampu menilai dan mengambil keputusan, berorientasi layanan, jago dalam perundingan, dan menguasai fleksibilitas kognitif.

 

Sehubungan dengan itu, penerapan ice breaking menurut Kepala Unit Pelaksana Teknis Kerjasama Politeknik Negeri Padang ini dibutuhkan untuk melatih mahasiswa memecahkan masalah yang kompleks di luar disiplin ilmu mereka.

Manfaat ice breaking tersebut adalah agar mahasiswa dapat melatih diri untuk berpikir secara kreatif dan luas, mengembangkan   dan   mengoptimalkan fungsi  otak dan kreativitas, melatih berinteraksi     dalam kelompok dan kerja tim, melatih  berpikir  sistimatis  dan  kreatif dalam. memecahkan masalah, meningkatkan rasa percaya diri, melatih    menentukan    strategi    secara matang, melatih  kreativitas  dengan  sumber daya  yang terbatas, melatih konsentrasi, berani bertindak dan tidak takut salah, merekatkan hubungan interpersonal yang renggang, melatih untuk menghargai orang lain, memantapkan konsep diri, melatih jiwa kepemimpinan, bersikap ilmiah, dan  melatih mengambil    keputusan  dan tindakan.

Selanjutnya alumnus University Of Western Australia (Australia) memaparkan 10 Student Centered Learning (SCL) yang mencakup Diskusi Kelompok Kecil, Bermain Peran & Simulasi, Studi Kasus,

Discovery Learning (DL), Pembelajaran Mandiri (SDL), Pembelajaran Kooperatif (CL), Pembelajaran Kolaboratif (CbL), Instruksi Kontekstual (CI), Pembelajaran Berbasis Proyek (PjBL), dan Pembelajaran dan Inkuiri Berbasis Masalah (PBL).

Kesepuluh metode tersebut dominan dinilai sangat relevan untuk perguruan tinggi vokasi politeknik. Alhapen merincinya secara teknis, menjelaskan peran dosen, kelebihan dan kelemahan model tersebut dan memberikan contoh lembar evaluasi.

Dalam Project Based Learning (PjBL), misalnya, mahasiswa dilatih untuk mengerjakan tugas (berupa proyek) yang telah dirancang secara sistematis, kemudian menunjukkan kinerja dan mempertanggung jawabkannya.

Bentuk kegiatan belajarnya adalah merancang suatu tugas (proyek) yang sistematik agar mahasiswa belajar pengetahuan dan ketrampilan melalui proses pencarian/ penggalian (inquiry) yang terstruktur dan kompleks kemudian merumuskan dan melakukan proses pembimbingan dan asesmen.

Proyek yang diberikan bisa jadi merupakan gabungan dari beberapa mata kuliah yang diaplikasikan untuk menyelesaikan suatu permasalahan tertentu.

Mula-mula permasalahan harus terdefinisi dengan jelas (bilamana perlu bisa menggunakan flowchart), kemudian rancangan berupa blok diagram.

Setiap bagian blok diagram di breakdown menjadi rangkaian atau fungsi yang sesuai yang jika memungkinkan bisa diuji untuk mengetahui apakah sudah sesuai dengan yang diinginkan atau belum, hingga didapatkan hasil akhir yang sesuai, pungkasnya.

VOKASI KUAT, MENGUATKAN INDONESIA!

 

d®amlis

Fotografer: Naswiradianto