Buka Tahun 2021, Politeknik Negeri Padang Sukseskan “Program 1 Nagari 1 PNP”

Buka Tahun 2021, Politeknik Negeri Padang Sukseskan “Program 1 Nagari 1 PNP”

 

PNP News. Politeknik Negeri Padang kian istiqomah ‘teguh dan konsekuen’ berkiprah di jalur vokasi. Memasuki 2021, salah satu Politeknik tertua di Sumatera yang belum tergerak dan terniat untuk memutar haluan ke institut atau universitas ini mencanangkan program andalan “Satu Nagari, Satu PNP”.

 

Direktur Politeknik Negeri Padang, Dr. Surfa Yondri, S.T., S.S.T., M.Kom. menegaskan hal itu dalam penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) perguruan tinggi vokasi tersebut dengan Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Indonesia Padang di Aula STMIK Indonesia Padang, Jalan Khatib Sulaiman, Padang, Selasa, 22 Desember 2020.

 

 

Untuk mewujudkan misinya itu, PNP sudah menginvestasikan sistem informasi di tiap nagari yang dibinanya melalui Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M). “Tidak rumit, untuk kelancaran pengurusan administrasi masyarakat, PNP memprogramkan 33 jenis surat yang bisa dibuat di Nagari hanya dengan memasukkan NIK”, terang Direktur yang baru menyandang gelar Doktor ini dengan semangat. Lebih jauh dikatakan, persoalan nagari di Sumatera Barat saat pandemi Covid-19 ini adalah keterbatasan jaringan internet dan sumber daya manusia. Oleh karena itu, untuk menunjang kelancaran program dimaksud, PNP sengaja mencari mahasiswanya yang berasal dari nagari tersebut untuk dijadikan operator program andalan tersebut. Besaran dana untuk nagari setiap tahun luar biasa, terutama dalam peningkatan sumberdaya manusia, terangnya.

Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Sumbar Syafrizal pernah menyatakan, pada 2019 terdapat 928 nagari di Sumbar yang mendapat kucuran dana desa sebesar Rp 998 Miliar. Pada 2020 jumlah dana desa tersebut diperkirakan mencapai Rp 1 Triliun. Disebutkan juga jumlah nagari pada 2020 bertambah, di Pasaman Barat, misalnya, ada 75 nagari persiapan,” jelasnya.

Pembangunan nagari digital itu dipastikan Dr. Yondri melibatkan mahasiswa dan dosen dari 23 program studi yang ada di PNP, termasuk prodi teranyar, Bahasa Inggris Untuk Komunikasi Bisnis dan Profesional dan 6 prodi tambahan di 3 Program Studi Di Luar Kampus Utama (PSDKU), masing-masing 2 di Solok Selatan, 2 di Tanah Datar, dan 2 di Pelalawan, Riau.

Jangan cemas, PNP takkan merekrut mahasiswa sebanyak-banyaknya melebihi yang ditetapkan pemerintah. Seleksi bersama perguruan tinggi swasta untuk kelas mandiri yang dilaksanakan tiap tahun dimaksudkan sebagai suatu kebersamaan agar ke depan dunia pendidikan kita jauh lebih baik sehingga mutu dan kualitas bisa ditingkatkan dan dipertahankan. Dari 2.000 pelamar seleksi bersama tahun ini, hanya 384 orang yang direkrut PNP. PNP juga bukan kompetitor dari Unand dan UNP karena PNP adalah jalur vokasi. Politani Payakumbuh pun bukan saingan karena orientasinya adalah bidang pertanian, ungkap alumnus Politeknik Engeenering Unand ini di akhir sambutannya.

 

STMIK Bersiap Menjadi Universitas

Di sisi lain, Ketua STMIK, Masyhuri Hamidi, S.E., M.Si., Ph.D., C.P.F., menyatakan, STMIK tidak menganggap PNP sebagai adalah saingan. Meskipun yang melamar ke PNP “bagadoro”, namun karena daya tampungnya terbatas, STMIK siap merima limpahan. Jika perlu PNP bisa mengirim alumni D-3 TI untuk melanjutkan ke S-1 dan S-2 TI ke STMIK, ungkapnya antara serius dan bercanda.

 

 

Lebih jauh dikatakan, saat ini STMIK telah submit ‘mendaftarkan’ program S-2 Sistem Informasi, D-3 Bisnis Digital dan D-3 Teknologi Informatika ke Kementerian. Tahun depan STMIK juga bersiap untuk membuka 2 prodi lagi sehingga target untuk mengubah status menjadi universitas tercapai”, tekannya.

Keseriusan Yayasan dan Direktur STMIK Indonesia ini untuk beralih status menjadi universitas dibuktikan dengan dilakukannya Memorandum of Agreement (MoA) dengan Dekan Fakultas Teknologi Informasi (FTI) Unand. ”Maaf, meskipun sudah berjanji duluan dengan PNP, STMIK terpaksa menggandeng Unand untuk mempercepat langkah menjadi universitas, terangnya. Bersama Unand, STMIK membuka 2 program studi (prodi) baru, yaitu D-3 Teknologi Informatika dan Program S-1 Bisnis Digital serta Program S-2 Sistem Informasi, jelasnya. Katiga prodi tersebut masih menunggu izin oprasional dari Kementerian Pendidikan Republik Indonesia. Diharapkan, tahun akademik 2020-2021, prodi tersebut sudah bisa menerima mahasiswa baru, harapnya.

Prodi Informatika dan Bisnis Digital S-1 adalah salah satu jurusan unggulan di Era Revolusi Industri 4.0.”Kami berusaha membuka prodi yang tidak dimiliki oleh perguruan tinggi lainnya. IT sangat dibutuhkan di Era Revolusi Industri 4.0. Pameonya, siapa yang menguasai IT akan menguasai dunia, bahkan di pelosok pun, nagari membutuhkan IT dan tenaga IT. Karena itu juga, kami tidak menganggap Covid-19 sebagai tantangan tapi justru peluang. Kami optimis jumlah mahasiswa kami meningkat ke depan karena kami sudah memiliki kapasitas penerimaan 1600 orang, sementara Unand cuma 300 orang, rincinya.

Untuk menjadi universitas, kata Masyhuri, STMIK Indonesia Padang harus memiliki 5 prodi S-1, namun saat ini STMIK baru memiliki 1 prodi S-1, program S-2 hanya sebagai pendukung bagi Universitas.” Tambahan dua prodi program S-1 harus dipilih sesuai dengan ketentuan yang berlaku, 60 persen di bidang eksakta dan 40 persen lagi di bidang sosial,” akunya. Dalam menyelenggarakan program S-2, STMIK minimal harus didukung oleh dosen berpendidikan S-3 atau doktor, namun saat ini STMIK baru memiliki 3 orang doktor. Untuk memenuhi jumlah dosen tersebut, 4 orang dosen yang sedang menjalani pendidikan S-3 diharapkan selesai tahun depan, sehingga STMIK Indonesia Padang memiliki 7 orang doktor. Meskipun kerjasama dijalin STMIK dengan PNP mencakup Tridharma Perguruan Tinggi, tahun depan STMIK yang baru saja menggelar wisuda ke-41 secara daring untuk 135 wisudawan ini tetap memberi kesempatan bagi dosennya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S-3, baik di dalam maupun ke luar negeri.

 

Perguruan Tinggi Harus Paham Selera Generasi Milenial

Kepala LL-Dikti Wilayah X Prof. Dr. Herri, M.B.A. dalam mengamanatkan agar PTN dan PTS bekerjasama, tidak lagi saling menganggap perguruan tinggi lainnya sebagai saingan. PTS juga harus lebih percaya diri karena memiliki prodi-prodi unggulan yang tidak dimiliki oleh perguruan tinggi negeri atau swasta lainnya. Sekitar 60% SDM negeri ini ditentukan oleh perguruan tinggi swasta. Di Indonesia, perguruan tinggi swasta, Binus, menempati peringkat ke-8. Itu artinya, prestasi suatu perguruan tinggi tidak ditentukan oleh statusnya negeri atau swasta, terangnya.

 

 

Lebih jauh Herri mengimbau agar kerjasama antarperguruan tinggi dimaknai sebagai upaya kerjasama untuk mengejar ketertinggalan di bidang pendidikan. Bayangkan, dalam skala internasional, UI dan ITB masih di peringkat 200 besar, sementara NUS Singapur menempati peringkat ke-11. Secara umum kita masih ketinggalan meskipun penelitian terindeks Scopus tertinggi di Asia Tenggara, terangnya. Ia juga mengimbau agar semua perguruan tinggi menerapkan “Program Merdeka Belajar”. Jika pengelola perguruan tinggi tidak mengikuti program kampus merdeka, mereka akan ditinggalkan. Para milenial menyukai pindah-pindah kuliah ke ke lebih dari satu perguruan tinggi dan tiap semester bisa mengerjakan aktifitas yang bervariasi. Itu hanya bisa terwujud jika kita berkolaborasi! pungkasnya.

Hadir dalam penandatangan MoU kedua perguruan tinggi itu, Sekretaris Yayasan Amal Bakti Mukmin Padang, Ismail Gusman, S.E., Ketua Badan Pengurus Harian, Ketua Senat, Wakil Ketua 1, Wakil Ketua I2, Wakil Ketua 3, dosen dan karyawan STMIK Indonesia Padang serta rombongan dari Politeknik Negeri Padang.

VOKASI KUAT, MENGUATKAN INDONESIA!

 

 

d®amlis