Sistem Pembelajaran Online:
Upaya PNP Untuk Perubahan Mental dan Pemerataan Akses Pembelajaran Bermutu
Dengan mengibaratkan burung elang tua yang memutuskan untuk bersemedi 150 hari ke puncak gunung untuk mengganti cakarnya yang rapuh, bulunya yang sudah lebat dan berat, serta paruhnya yang bengkok karena menua agar kembali mendapatkan 30 tahun hidup berikutnya, Rangga Firdaus, Konsultan Desain Instruksional, Pengembangan Kurikulum dan Bahan Ajar, memotivasi para dosen tentang perlunya perubahan, khususnya dalam beralih dari proses pembelajaran tatap muka ke pembelajaran daring (online).
Seringkali untuk bisa bertahan dalam hidup kita mesti berani melakukan suatu proses perubahan. Ada saatnya kita harus membuang kenangan, membuang kebiasaan, dan semua tradisi lama kerja kita. Karena dengan terbebas dari beban masa lalu kita akan mendapatkan banyak manfaat. Berani melakukan perubahan, akan menunjukkan bahwa Anda memiliki mental sukses dalam kehidupan ini.
Instruktur Cyber Defense, Pushansiber Kemhan RI ini hadir mensosialisasikan pembelajaran daring (online) dan hibah pembelajaran berbasis multimedia yang menyertainya atas nama Anggota Tim Sistem Pembelajaran Daring (Spada) Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Pendidikan Tinggi (Ditjen Belmawa Dikti).
Menurut pria yang juga menjabat Direktur Pengembangan Wilayah dan Sertifikasi Ikatan Ahli Informatika Indonesia (IAII) ini, infrastruktur perguruan tinggi harus men-support keinginan dosen untuk menerapkan pembelajaran daring (online). Semua itu ada bagian khusus yang menanganinya, bukan dosen. Tugas dosen adalah membuat konten, memasukkan aplikasi, dan jadi, terang pembicara yang hari itu berani menghadiahi pemenang kuis dengan aplikasi seharga Rp. 15 Juta untuk membuat perkuliahan dosen menyenangkan.
Harus Ada Penjaminan Mutu yang Mengingatkan
Disadari, seperti elang tua tadi, ada tipe individu yang menyukai perubahan dan ada yang nyaman dengan pola kerja lama. Di Indonesia, masih saja ada kampus yang dalam 3 tahun materi perkuliahannya sama saja.Tugas dosen harus melakukan perubahan itu. Tidak boleh sama bahan kajian dalam semester lalu dengan semester kini, atau materi dulu dengan yang kini, atau kuis atau soal yang dulu dengan yang kini, jelasnya.
Dosen kalau tidak tahu, harus ada Sistem Penjaminan Mutu yang mengingatkan.Ia menggambarkan beberapa tahapan proses yang dilalui dalam menyelenggarakan kuliah daring ini. Awalnya, mungkin dipaksa (oleh peraturan,trend global, klasterisasi perguruan tinggi), terpaksa (karena percepatan program, Penganggaran), bisa (dibuktikan dengan punya Learning Management System kuliah daring), terbiasa (warga kampus tidak asing lagi dengan istilah e-learning dan turunannya, dosen-dosen terbiasa menggunakan e-learning), dan budaya (e-learning menjadi bagian dari budaya akademik kampus), terang dosen Ilmu Komputer FMIPA Universitas Lampung ini.
Dalam sambutannya, Direktur PNP, Surfa Yondri, ST., SST., M.Kom., menyatakan senang dengan istilah Rangga dalam tahapan proses kuliah daring: harus dipaksa, terpaksa, bisa, terbiasa, dan budaya. Meskipun demikian, ia punya solusi untuk dosen yang belum tergerak untuk menyelenggarakan kuliah daring dengan membentuk suatu tim kreatif. “PNP akan membentuk suatu tim kreatif untuk meng-update mata kuliah dengan referensi “buku suci” sejadul apapun dan dalam jumlah sekian bab pun jika memang dibutuhkan dan relevan untuk menjadi satu bahan ajar daring (online)”.
Ia cukup menyadari kondisi dosen di PNP, ada yang enggan untuk berubah, bahkan untuk kegiatan meneliti, sebagian ada yang sudah jenuh untuk meneliti, dan hobinya hanya untuk 1 dari tridharma saja, yaitu mengajar saja. Untuk yang belum tergerak mungkin bisa kita arahkan, yang tidak tergerak, ya, sudahlah, minimal kita bisa sharing untuk menjadi yang lebih baik. Namun mereka yang tidak tergerak sama sekali itu jangan sampai menghambat rekan-rekannya yang ingin berubah.
Ia mengumpamakan, vokasi politeknik bukan vokasi pasukan baris berbaris (PBB), selalu yang tinggi di depan. Jika yang tinggi jalannya gak bagus, ngapain juga? Sekarang kita buatkan satu barisan untuk mereka yang mau berubah dan inilah yang kita bantu secara bersama-sama. Saya yakin ini bisa! ujar Yondri mantap.
Politeknik ini kekurangan tim kreatif. Untuk membuat materi kuliah daring seperti ini bukan mereka yang berlatar IT saja yang bias. Selama ini mungkin kitya tidak memberdayakan mereka. Diharapkan mereka bisa memperkuat tim kreatif. Mudah-mudahan secara bertahap kita menemukan orang-orang untuk di situ, sehingga jika ada buku yang jumlahnya sekian bab kita serahkan saja pada tim ini untuk membuatnya menjadi satu bahan ajar. Untuk itu perlu kita adakan lagi workshop, jika perlu nanti bawa Rencana Pembelajaran Semester (RPS) langsung, ungkap Yondri optimis.
Menurut Yondri, dengan Spada ini banyak efisiensi yang bisa dilakukan. Mulai dari masalah listrik, transportasi di kampus, pemakaian kertas, dan beban kerja pegawai-pegawai. Seandainya anggaran itu bisa diarahkan untuk pengelolaan kegiatan lain, mungkin akan banyak pendapatan yang diperoleh PNP. “Ini perlu kita pikirkan secara bersama-sama, sampai pada akhirnya bisa mendapatkan inkam, baik bagi kampus maupun bagi dosen yang bersangkutan”, ujarnya.
Lebih jauh diceritakan, rencana pimpinan mau menaikkan honor kelebihan mengajar, ternyata menaikkan honor Rp. 4.000 saja, PNP harus menambah Rp. 400.000.000. Sepertinya kita harus membagi fokus, tidak hanya berebut hibah Simlitabmas, tapi juga hibah buku ajar yang ditawarkan Sepada dan hibah inovasi pembelajaran. Ternyata metodologi dan teknologi pembelajaran ini penting, pungkasnya.
Satu Kegiatan Memancing 5 Hibah
Dengan tidak melakukan update, sebetulnya dosen yang bersangkutan hanya menjalani kewajiban. Mestinya kewajiban mengajar jalan terus, tapi Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) juga diperoleh terus karena dosen sudah terlanjur mengalokasikan waktu dan pikiran mereka untuk membuat materi perkuliahan berupa buku ajar, terang Rangga. Materi kuliah tersebut silakan saja dirujuk dari mana saja, namun setelah diramu sedemikian rupa, materi tersebut akan menjadi kekhasan dosen yang bersangkutan sekaligus menjadi nilai tambah bagi mereka. Dengan program ini, dosen bisa mendapatkan buku ajar sekaligus hibah buku ajar, HAKI, dan semacamnya.
Hibah Spada ini berbeda dengan hibah simlitabmas, tidak ada potong-memotong selain 6% saja sebagai warga negara yang ditujukan kepada kampus. Itu aturan tetap yang berlaku pada pemenang, dan disepakati. Meski tak dikenai pajak, pemenang hibah Sepada tetap diwajibkan memberi laporan keuangan, kata Rangga yang berjanji akan memberikan kopian contoh proposal dan laporan keuangannya. “Jika memang ada yang dipotong tinggal ngomong di grup medsos Sepada”, katanya. Dicontohkannya, untuk buku yang terdiri dari banyak bab, satu (1) bab saja akan mendatangkan keuntungan bagi penulis, karena pada dasarnya setiap bab dalam buku itu sudah disesuaikan dengan cara-cara membuat buku ajar, seperti kata pembukaannya dan referensi. Tinggal diprint dan dijilid bagus-bagus untuk… Read more
“Jadi aktifitas yang kita lakukan ini, 1 kegiatan bisa 5 hibah yang akan didapatkan. Saya sudah dapatkan 4 sekaligus”. Rangga Firdaus tercatat pada 2016 mendapatkan hibah untuk 2 mata kuliah sebesar Rp. 100 Juta, pada 2017 mendapat Rp. 40 Juta untuk 1 mata kuliah, dan pada 2018 mendapat Rp. 26 Juta.
Meskipun demikian materi kuliah daring harus memenuhi semua persyaratan dalam mata kuliah daring itu, tidak boleh hanya sekedar materi, harus ada navigasinya, harus ada penjelasannya. Analisis data juga harus jago. Dosen dapat memanfaatkan pembelajaran itu, bukan hanya pada saat online, tapi juga di saat offline. Pertemuan ke-4, misalnya, kita sudah offline, tapi materinya sudah kita tulis.Jadi mahasiswa mengetahui pertemuan kita yang ke-4 itu, topiknya tidak akan lari dari topik yang telah ditetapkan. Jika ada tambahan materi atau langsung menilai, bisa saja, jika tetap pada pertemuan ke-4 yang disepakati. Jadi sudah terstruktur.
Dosen diharapkan bisa membaca log activity dan resourches dari yang mereka lakukan. Jika dosen yang bersangkutan mengadakan kuis, mereka harus bisa membaca kuis tadi secara online. Dalam kuis ini dosen tinggal klik saja kuis yang sudah dilihat, kemudian mungkin harus memasukkan nilai, harus memberikan koreksi, sehingga terlihat polanya nanti. Di situ akan terlihat grafiknya, misalnya soal mana yang paling banyak jawabannya. Tugas kita bukan cuma tahu tapi untuk membahas kenapa ini menjadi seperti ini, nah, itu bagaimana? inilah yang akan kami gambarkan. Boleh jadi hal itu menjadi masukan pada program belajar berikutnya atau dasar untuk perbaikan pada semester selanjutnya. Itu yang dicari. Jadi jangan sampai kita menawarkan ini tak ada perubahan sama sekali, tekannya.
Adapun syarat mata kuliah yang dapat diusulkan adalah: berasal dari program studi yang telah terakreditasi minimal B, diampu oleh dosen tetap (bukan dosen luar biasa); dan setiap pengusul hanya dapat mengajukan 1(satu) proposal. Di samping itu, manajemen dan sistem perkuliahan ada pada dosen pengampu, tapi data dan keterangan apa yang dilakukan di kampus yang berhubungan dengan materi itu harus online bisa terlihat di Dikti meski Dikti hanya menjadi wahananya saja. Kepala Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (P3M) PNP, Dr. Yuhefizar, S.Kom., M.Kom yang menjadi moderator dalam acara tersebut menyatakan, hibah buku ajar PNP akhir-akhir ini sangat kurang. Oleh karena itu hibah buku ajar mungkin diarahkan untuk mendukung program Sepada.
Keterkaitan Daring dari Sisi Lain
d(r)amlis