Tidak sia-sia panitia raker menempatkan Alhapen R. Chandra sebagai moderator Raker PNP sesi pembuka.
Dalam sesi bertema “Membangun Institusi Terakreditasi A”, dosen yang terkenal _cool_ ini mengawal Direktur Pembinaan Kelembagaan Dikti, Dr. Totok Prasetyo, B. Eng., M.T. ARC benar-benar menguji stamina Totok untuk “manggung” sejam lebih, tepatnya 75 menit tanpa jeda dan sela. Alasannya, semua yang disampaikan Totok penting dan relevan sebagai menu pembuka raker.
Selanjutnya, penanggap pertama, Benny Chandra, Sekretaris Jurusan Administrasi Niaga mempertanyakan, kenapa dosen Politeknik berpendidikan doktor justru banyak mengajar di luar?
Menanggap balik, Totok balik bertanya, pada prinsipnya, doktor mengajar untuk apa? Jelas untuk mengembangkan ilmu secara intensif. Namun Politeknik belum lagi ditujukan untuk memperbanyak dosen berlatar pendidikan S-2 dan S-3 karena tanggung jawab pendidikan politeknik adalah menjembatani dunia ilmu dan dunia industri.
Dosen berlatar S-3 dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan dirinya, termasuk pengembangan SDM. S-3 untuk membekali dirinya melakukan riset, belum untuk diajarkan. Mereka cukup mengajar 12 SKS saja. Pimpinan Politeknik, khususnya pimpinan lembaga riset dan pengabdian, silakan cek lagi, jika suatu Politeknik banyak memiliki dosen berlatar S-3/ doktor, bagaimana mutu penelitiannya? Sudahkah meningkat?
Para dosen juga harus paham, jika mencetak mahasiswa S-2 dan S-3 itu lebih sebagai calon dosen-dosen saja! Calon-calon birokrat saja! Sedikit lari “marwah”-nya dari tujuan Politeknik untuk memenuhi pasar industri.
Targetkan 20% prodi PNP terakreditasi A pada 2019! Apa yang diungkapkan Gubernur, pada 2019, PNP sudah meraih akreditasi A memang sudah keharusan! Ingat, tidak semua perguruan tinggi masuk kelas rating! pungkasnya.
( dona )