Karakteristik Pendidikan Era 4.0 Adaptif VUCA, Dinamis dan Tahan Banting

Karakteristik Pendidikan Era 4.0 Adaptif VUCA, Dinamis dan Tahan Banting

 

PNP News. Karakteristik pendidikan yang dibutuhkan pada Era Revolusi 4.0 adalah karakter yang menghasilkan lulusan berkarakter pembelajar, mampu beradaptasi dengan VUCA, dan memiliki mindset yang dinamis, percaya diri serta memiliki daya tahan terhadap gempuran dirupsi.

 

Hal itu diungkapkan Ir. Supandi, MM, Ketua Umum Masyarakat Standarisasi Indonnesia (Mastan) dalam Seminar Nasional Sertifikasi Pengembangan Kompetensi Era Revolusi Industri 4.0, Senin, 10 Februari 2020.

Supandi, narasumber paling senior dalam seminar yang digelar di Kampus Politeknik Negeri Padang itu menjelaskan, VUCA merupakan akronim dari Volatile (bergejolak), Uncertain (tidak pasti), Complex (kompleks), dan Ambigue (tidak jelas). Istilah ini muncul untuk menggambarkan situasi dunia bisnis masa kini. Dulunya istilah ini diciptakan oleh militer Amerika untuk menggambarkan situasi geo-politik saat itu. Namun karena kesamaan makna, istilah VUCA kini diadopsi oleh dunia bisnis.

Sementara itu, “Mastan” yang mengutusnya untuk menghadiri seminar tersebut adalah organisasi masyarakat non pemerintah yang kompeten dan peduli dengan standarisasi yang bersifat mandiri dan nirlaba. Organisasi ini berdiri pada 6 Desember 2013 atas gagasan Aburizal Bakrie, pengusaha Indonesia yang pernah menjabat Ketua Umum Partai Golkar sejak 9 Oktober 2009, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat dalam Kabinet Indonesia Bersatu, dan Menteri Koordinator Perekonomian dalam kabinet yang sama.

Tantangan dunia pendidikan visi global Unesco 2030 menurut Supandi adalah berupaya memastikan pendidikan berkualitas yang inklusif dan merata dan mempromosikan peluang pembelajaran seumur hidup untuk semua orang. Ia merinci, kebutuhan belajar manusia terdiri dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap. Saat ini, dinamika pendidikan mulai bergeser dari “belajar untuk mengetahui dan melakukan” ke “belajar untuk menjadi” dan “hidup bersama untuk mengatasi dilema yang dihadapi warga dunia”.

 

 

Manfaat SNI ISO 21001: 2018 Bagi Organisasi Pendidikan

SNI ISO 21001: 2018 yang merupakan standard internasional yang dikembangkan oleh komite Proyek ISO/PC 2881 menetapkan persyaratan untuk Sistem Manajemen Organisasi Pendidikan ( Educational Organization Management System). SNI ISO 21001: 2018 fokus pada interaksi antarlembaga pendidikan, pelajar dan pemangku kepentingan lainnya. Dengan adanya SNI ISO 21001: 2018, organisasi pendidikan akan mendapatkan manfaat berupa pengalaman pendidikan yang memberikan dampak positif, relevan dan selaras dengan visi misi organisasi. Peserta didik pun mendapat manfaat karena layanan pendidikan lebih dipersonalisasi sesuai kebutuhan, rinci Supandi.

 

EOMS Meningkatkan Kepuasan Peserta Didik dan Pemangku Kepentingan

Untuk meningkatkan pendidikan ke arah yang lebih baik, menurut Supandi, pendidikan diarahkan pada penerapan Sistem Manajemen Organisasi Pendidikan (EOMS) yang efisien dalam membangun sistem. Tujuannya untuk meningkatkan kepuasan peserta didik dan pemangku kepentingan lainnya. Pernyataan kebijakan EOMS dibingkai oleh budaya organisasi dan oleh prinsip-prinsip EOMS. Pernyataan kebijakan EOMS memberikan kerangka kerja untuk penetapan tujuan EOMS yang direvisi secara berkala untuk memastikan pencapaian visi dan misi organisasi. Artikulasi elemen-elemen ini biasanya disebut strategi.

Dalam konteks EOMS, organisasi harus, menentukan, memantau dan meninjau informasi tentang isu eksternal dan internal yang relevan dengan tujuannya, tanggung jawab sosial dan arah strategisnya, dan yang mempengaruhi kemampuannya untuk mencapai hasil yang diharapkan dari EOMS-nya. Penerapan yang terintegrasi antara stakeholder dengan SNI ISO 21001: 2018, akan membantu membangun sektor pendidikan yang kuat dan memberikan pengaruh positif pada pembangunan SDM yang unggul.

 

 

Model Bisnis 4.0

Lebih jauh Supandi menilai dampak industri 4.0 akan mengurangi pekerjaan manual. Manajemen lebih dominan terkait pada kecepatan memutuskan pada saat yang bersamaan untuk memenuhi rantai nilai. Manajemen 4.0 harus meninggalkan zona nyaman dan fokus pada pencapaian nilai. Di sisi lain, model bisnis dalam Revolusi 4.0 pun menuntut setiap entrepreneur harus mampu beradaptasi lebih cepat terhadap perubahan. Setiap entrepreneur harus mampu berinovasi yang menimbulkan kecepatan untuk berubah. Bisnis saat ini menuntut perubahan dari volume menjadi value. Konsumen saat ini membutuhkan kebanggaan personal yang kuat, dan lebih mementingkan value di setiap produk yang mereka inginkan

 

Anggota Mastan Lebih dari 4000

Masyarakat Standardisasi Indonesia (Mastan) dideklarasikan pada 18 Desember 2003 pada saat Konvensi Standardisasi Nasional. Sejak dideklarasikan, para stakeholder standardisasi yang tergabung dalam Mastan berkembang terus dan saat ini mencapai lebih dari 4000 orang. Domisili para anggota yang awalnya hanya seputar Jabodetabek saat ini telah menyebar tidak hanya di pulau Jawa, tetapi juga di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Indonesia bagian timur. Keanggotaan dari unsur cendekia dan regulator masih lebih besar dari unsur industri dan konsumen.

 

d®amlis

Fotografer: Naswiradianto

MITRA PNP

Mitra Kerjasama Politeknik Negeri Padang