Wujudkan Visi Terbaik di Asia Tenggara 2025, PNP Siap Jalani Proses Akreditasi Internasional

 

PNP News. Tugas civitas akademika di PNP bukan semata melahirkan sumber daya atau tenaga kerja profesional tapi lebih dari itu adalah melahirkan pemimpin masa depan. Untuk melahirkan pemimpin dan tenaga kerja tersebut dibutuhkan sebuah sistem yang terukur dan bisa dipercaya, baik secara internal maupun secara eksternal. Salah satu pengukuran itu adalah akreditasi internasional yang sesuai dengan visi perguruan tinggi. Sekarang bagaimana menjalankan proses mendapatkan akreditasi internasional tersebut.

 

 

Hal itu diungkapkan oleh Direktur Politeknik Negeri Padang Surfa Yondri yang baru dilantik untuk kedua kalinya sebagai Direktur Politeknik Negeri Padang dalam Penyamaan Persepsi Persiapan Akreditasi Internasional Politeknik Negeri Padang di Hotel Mercure Padang, Rabu, 8 Desember 2021.

“Mestinya kita optimis mampu dengan sumber daya manusia dan sarana prasarana yang kita punya. Bayangkan, kita punya 6 unit alat berat simulator dan selama ini hanya mampu membantu meluluskan 48 atau 56 orang lulusan per tahun. Seandainya kita sewakan atau ditempatkan di di proyek-proyek, mungkin banyak yang bisa diproduksi oleh alat berat tersebut. Semua job yang ada di jurusan rekayasa bisa diberdayakan dan otomatis tingkat manfaat sumberdaya aset di perguruan tinggi bisa bertambah, tekannya.

Direktur menekankan, untuk mewujudkan visi perguruan tinggi itu, civitas akademika harus memiliki rasa percaya diri, Percaya diri itu penting karena dengan percaya diri sebuah impian bisa diwujudkan. Ia mengaku selalu mengatakan bahwa takdir itu dijemput, takdir itu tidak akan datang sendiri, kecuali kematian. Karena kita mau mencapai akreditasi, sekarang bagaimana kita bisa bersama-sama menjemput takdir itu. Adalah pekerjaan-pekerjaan yang baik bagi kita untuk memperjuangkan nama baik Politeknik dengan mendapatkan akreditasi internasional.

Sekarang kita berkomitmen dan selanjutnya kita atur strateginya. Mungkin kita hanya mengajukan 3-4 program studi saja tapi itu atas nama Politeknik Negeri Padang. Tujuan diselenggarakannya pertemuan di Mercure Hotel tersebut adalah untuk menyerap dulu ilmu bagaimana mendapatkan akreditasi internasional, parameter akreditasinya, dll. Pelatihan yang dihadiri para pejabat PNP hari itu bisa dikatakan sebagai langkah awal proses pengajuan akreditasi internasional” tuturnya panjang lebar.

Sebelumnya, Ketua Panitia Penyelenggara, Era Madona dalam laporannya menyatakan, akreditasi merupakan pengakuan terhadap perguruan tinggi yang diberikan oleh badan yang berwenang, sebagai hasil penilaian bahwa perguruan tinggi tersebut memenuhi syarat maupun kriteria mutu yang ditetapkan. Dewasa ini pemerintah mendorong agar perguruan tinggi bisa meraih akreditasi internasional melalui peningkatan kualitas dosen serta mutu pendidikan. Melihat pentingnya hal tersebut, Politeknik Negeri Padang mengundang pembicara Adjar Pratoto, dari Jurusan Teknik Mesin, Fak. Teknik, Universitas Andalas.

Prof. Dr. Dra. Yuli Yetri, M.Si., tuan rumah yang bertindak selaku moderator dalam acara tersebut menyatakan, narasumber Adjar tercatat memiliki pengalaman sebagaiKetua Jurusan Teknik Mesin, 1997–2000, Wakil Dekan I Fak. Teknik, 2009–2012, Ketua Pusat Pengembangan Pendidikan, LP3M Unand, 2012-2016, Ketua Komisi Penjaminan Mutu, Senat Akademik Universitas, 2017–2021, dan Anggota Tim Penyusunan akreditasi ABET, 2016 -2019, serta Anggota Tim Kurikulum Jurusan, 2021. Adjar juga pernah mengikuti Training yang diikuti Teaching Improvement Workshop, 1999, Engineering Education Accreditation Program (LEEAP) Workshop, USAID-HELM Project I – V, 2015-2016, dan TRIZ Practitioner Level I (2019) & II (2020).

Direktur dan Panitia berharap setelah memberikan pencerahan terkait dengan akreditasi internasional selanjutnya Adjar bisa mendampingi  panitia dan pejabat struktural PNP dalam penyusunan proposal. Berkemungkinan Adjar dan beberapa orang dosen dari Fakultas Teknik Unand yang lebih dulu mengajukan dan mendapatkan akreditasi ABET.

ABET

Dalam paparannya, Adjar menyatakan, ABET adalah badan akreditasi non profit dan non pemerintah untuk program Ilmu terapan (science), komputer (computer), teknik (engineering) dan teknologi rekayasa (Engineering technology) yang diakui di Amerika Serikat melalui Council for Higher Education Accreditation. ABET yang merupakan singkatan dari Accreditation Board for Engineering and Technology, Inc. adalah lembaga akreditasi internasional yang berkedudukan di Amerika Serikat untuk program dan disiplin ilmu pengetahuan alam dan terapan, rekayasa dan teknologi rekayasa untuk tingkat diploma, sarjana dan master.

ABET merupakan badan akreditasi pendidikan intenasional bidang teknik dan teknologi yang paling banyak dipakai di dunia saat ini. Akreditasi ABET bersifat Outcomes-Based yaitu fokus kepada hasil belajar sehingga lulusan dari program studi yang terkareditasi ABET memiliki atribut dan kompetensi profesional yang unggul secara internasional di bidangnya.

Tercatat Per 1 Oktober 2020 sudah 7 (tujuh) perguruan tinggi di Indonesia dengan beberapa program studinya terakreditasi ABET. Perguruan tinggi dimaksud adalah Universitas Andalas dengan 3 program studi:  Teknik Industri (S1), 2018 – sekarang, Teknik Mesin (S1), 2018 – sekarang, Teknik Lingkungan (S1), 2019 – sekarang; Universitas Bina Nusantara (BINUS), Jakarta dengan 3 program studi: Teknik Sipil (S1), 2015 – sekarang, Teknik Komputer (S1), 2015 – sekarang, dan Teknik Industri (S1), 2013 – sekarang.

ABET merupakan sebuah lembaga internasional yang bertanggung jawab untuk memberikan evaluasi dan sertifikasi dalam hal kualitas yang dimiliki oleh sebuah perguruan tinggi.  ABET hanya berwenang untuk memberikan akreditasi ini dalam bidang ilmu terapan, komputasi, serta rekayasa dan teknologi. Beberapa kriteria yang dijadikan sebagai dasar penilian bagi ABET dalam melakukan evaluasi ini adalah mahasiswa, program edukasi objektif, program hasil dan penilaian, komponen profesional, fakultas, fasilitas, lembaga dukungan dan sumber keuangan, dan kriteria khusus. Deangan demikian, menjawab pertanyaan peserta dari Jurusan Administrasi Niaga, Adjar memastikan tidak ada kontribusi dosen yang mengajar di perguruan tinggi mitra di luar negeri, berbeda dengan praktisi yang langsung mengajar ke perguruan tinggi tersebut atau mahasiswa yang magang atau tugas belajar  di luar negeri.

Melihat kriteria yang dibutuhkan untuk akreditasi ini, dapat dipastikan bahwa tidak mudah untuk mendapatkannya. Dibutuhkan kualitas yang benar-benar baik untuk mendapatkannya, bahkan Aprinal Adila Asril, S.T., M.Kom., salah seorang dosen yang menjadi peserta memperkirakan biaya yang harus dikeluarkan 1 Program Studi bisa mencapai Rp 1 Milyar.

Dengan mendapatkan akreditasi ABET ini, perusahaan menjadi sangat percaya akan kemampuan dan kualitas lulusan perguruan tinggi yang terakreditasi ABET. Di sisi lain, dengan akreditasi berskala Internasional ini peluang lulusan diterima bekerja di luar negri diharapkan lebih besar. Tidak hanya itu, jika mahasiswa perguruan tinggi terakreditasi ABET hendak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di luar negri, peluang diterima juga lebih besar. Khusus untuk jenjang S-1, setiap lulusan yang sudah berakreditasi ABET, gelar yang didapatkan peserta tidak lagi Sarjana Teknik, namun Bachelor of Science.

Perguruan tinggi ternama di dunia yang sudah mendapatkan akreditasi ABET adalah The University of Arizona, Grantham Unverisity, dan College of University of Nebraska-Lincoln. Di Indonesia juga terdapat beberapa perguruan tinggi yang dominan universitas, seperti IPB, ITB, ITS dan Universitas Bina Nusantara. Khusus Jurusan Teknik Industri di Indonesia yang sudah mendapatkan akreditasi ABET hanyalah ITB , ITS dan Universitas Bina Nusantara. Akreditasi internasional dianggap penting sebagai jaminan kualitas Politeknik Negeri Padang  di mata publik internasional. Salah satu manfaat akreditasi internasional itu untuk recognition (pengenalan dan pengakuan), sehingga diketahui juga oleh perguruan tinggi luar negeri.

VOKASI KUAT, MENGUATKAN INDONESIA!

 

 

d®amlis

 

 

 

 

Berita Terkait