Praktik Magang Mahasiswa Dialihkan ke Destinasi Wisata Unggulan

Laporan Utama dari Program Studi Usaha Perjalanan Wisata & Destinasi Pariwisata

Dengan Tagline: “Pitih Masuak”, Dinas Pariwisata Sumbar Cukup Targetkan Wisman Negeri Jiran dan Perantau Minang

 ______

Praktik Magang Mahasiswa Dialihkan ke Destinasi Wisata Unggulan

 

PNP News. Target asal negara wisman Dinas Pariwisata Sumbar tidak muluk-muluk jaman pandemi ini. Cukup mengandalkan kedatangan wisatawan Malaysia yang secara adat budaya mirip dengan masyarakat Minangkabau dan perantau Minang yang sudah mendunia tapi masih cinta mati sama kuliner Minang, hobi pamer kesuksesan dan selfie-selfie, roda bisnis insan pariwisata negeri ini optimis berputar.

 

Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Pariwisata Sumbar, H. Novrial, S.E., M.Ak. dalam Seminar Nasional dan Rapat Kerja Daerah Masyarakat Sadar Wisata (Masata) Sumatera Barat, di Aula Gedung C, Lantai 2, Kampus Politeknik Negeri Padang, Kamis, 25 November

 

 

Kadinas Pariwisata Sumbar, Novrial (Dok. Dinas Pariwisata Sumbar)

 

Dari semua negara tersebut persentase kunjungan wisman Malaysia mencapai 78.1%, menyusul kelompok negara lainnya yang mencapai 10,8%, Australia 5,0%, Singapura 1,2%, dan Perancis 1,1%.

Selama periode 2016-2020, terdapat 10 negara yang dominan menjadi segmen pasar, yakni Malaysia, Australia, Singapura, Jepang, Cina, Perancis, Thailand, Amerika Serikat, Jerman, dan Inggris, serta negara lainnya.

Dalam periode tersebut jumlah wisatawan nusantara pada 2016 mencapai 7.343.282; dan pada 2017 meningkat menjadi 7.783.876; terus meningkat pada 2018 yang mencapai 8.073.070; begitu juga pada 2019 yang menjadi 8.169.147; dan di masa awal pandemi 2020 menurun menjadi 8.041.868.

 

 

Orang Malaysia punya ikatan emosional dengan orang Minangkabau. Orientasi budaya dan makanan mereka bisa meningkatkan masukan bagi daerah. Cuma sayangnya masalah kebersihan masih saja membayang-bayangi kuliner kita. Di sisi lain, secara sosiologis, orang Minang pulang dari rantau pada hari-hari besar sebagiannya karena ingin sekaligus membuktikan kepada sanak saudara mereka kalau mereka sukses di rantau. Sesulit apapun kehidupan di rantau, mereka akan mentraktir famili di kampung di restoran mewah dan mahal. Aspek sosiologis ini bisa kita akomodasi sedemikian rupa dengan memberikan layanan maksimal, terangnya blak-blakan.

 

 

Wisata tematik dan wisata pedesaan yang memilih penerbangan singkat dan pemilihan objek dan daya tarik yang bersih sehat aman dan ramah lingkungan adalah hal-hal yang perlu kita wujudkan demi kemajuan bangsa dan kesejahteraan masyarakat Sumatera Barat. Artinya, peningkatan jumlah wisatawan mungkin tidak akan terlalu menjadi tolak ukur namun wisatawan yang datang dan akan berbelanja lebih banyak, itu sejalan dengan misi Dinas Pariwisata Sumbar, terangnya semangat.

Arah pembangunan kepariwisataan Sumatera Barat adalah mencapai visi “Terwujudnya Sumatera Barat madani yang unggul dan berkelanjutan”. Untuk mewujudkannya, misi Sumatera Barat adalah “Meningkatkan ekonomi kreatif dan daya saing kepariwisataan”.

Keberhasilan misi tersebut bisa dikatakan tercapai terlihat dari terwujudnya Sumatera Barat sebagai daerah tujuan wisata nasional dan internasional berbasis wisata halal dan eko wisata; yang terintegrasi dengan sektor jasa, UMKM, dan infra struktur; terwujudnya pengelolaan destinasi wisata berbasis partisipasi masyarakat; dan terwujudnya sinergi pemasaran dan pengelolaan kepariwisataan antarkabupaten/ kota.

Program unggulan kepariwisataan itu sendiri adalah membangun industri pariwisata melalui satu destinasi berkelas internasional dan 19 destinasi wisata unggulan.

Ada 4 sasaran yang dituju sektor kepariwisataan: peningkatan jumlah kunjungan wisatawan (siapa, dari mana, dan motifnya apa); peningkatan lama tinggal wisatawan (dimana, kenapa, dan bagaimana); peningkatan pengeluaran wisatawan (berapa, untuk apa, dan bagaimana); dan peningkatan jumlah usaha pariwisata dan ekonomi kreatif (jumlah, kuantitas).

Untuk menuju semua itu diperlukan kerangka pikir yang berorientasi pasar yang mencakup siapa pasar kita (mancanegara, nusantara, perantau, dan lokal); apa motif kunjungan mereka (budaya yang khas, makanan yang enak, alam yang indah, sosial, bisnis, belanja, dan events). Kita juga perlu mengukur apa yang kita punya. Ada 3 daerah tujuan wisata (DTW) yang kita punya: DTW budaya yang mencakup Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto (WTBOS), dan wisata halal); DTW Alam, seperti Geopark, Agrowisata, Geowisata, Mandeh, dan Mentawai; dan DTW Buatan dan Event (MICE, kuliner, ekraf, dan events ). Sementara, ada 4 bidang pula yang harus dikembangkan, yakni destinasi, pemasaran, industri, dan kelembagaan.

Sumatera Barat juga mengikuti trend wisatawan baru: wisatawan massal, wisatawan alternatif, dan wisatawan pedesaan. Ciri wisatawan massal, motivasinya pada rekreasi biasa, orientasinya pada destinasi populer, dan tetap menjadikan 3S (sea, sand, dan sun) sebagai daya tarik.

Di sisi lain, wisatawan alternatif kembali ke alam, berinteraksi dengan masyarakat lokal, dan menjadikan belajar budaya sebagai daya tariknya. Sebaliknya, pada kategori wisatawan pedesaan, wisatawan alternatif tematik menyajikan aktifitas pedesaan dan kearifan lokal masyarakat sebagai atraksi.

 

 
     
 

 

Alihkan Mahasiswa Magang ke Desa Wisata

Dari segi data dan fakta, Dinas Pariwisata Sumbar memiliki 273 Pokdarwis. Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) merupakan salah satu komponen dalam masyarakat yang memiliki peran dan kontribusi penting dalam pengembangan kepariwisataan di daerahnya. Benchmark ‘tolok ukur’ 2020 adalah Pokdarwis Kapalo Banda Taram, Kabupaten Lima Puluh Kota. Tercatat Top 5 Pokdarwis Award 2021: Amping Parak Pesisir Selatan, Apar Pariaman, Sarugo Lima Puluh Kota, Sumpu Tanah Datar, dan Kubu Gadang Padang Panjang.

Selain itu juga terdaftar 231 desa di Jejaring Desa Wisata (Jadesta). Benchmark 2020 adalah Desa Wisata Kubu Gadang Padang Panjang. Selain itu 4 desa wisata Sumbar termasuk dalam kategori Desa Wisata (Dewi) 50 Besar Nasional, yakni Apar Pariaman, Sungai Batang Agam, Sarugo Lima Puluh Kota, dan Sumpu Tanah Datar. Peringkat 50 besar desa wisata ini hasil seleksi dari 1.831 peserta desa.

 

 

Namun demikian provinsi ini masih terbelit masalah kelengkapan administrasi (SK Pokdarwis dan SK Desa Wisata), perkuatan daya tarik yang unik dan spesifik, aktifitas ekonomi (homestay, paket tour, kuliner, kriya, dll.), dukungan kelembagaan sosial, dan branding dan marketing, ujar pria berlatar belakang pendidikan Akuntansi ini.

Hal yang dilakukan Pemprov untuk itu adalah menggelar Apresiasi GIPI Award untuk desa wisata dan Pokdarwis terbaik 2020, pendampingan berupa klinik selama 1 tahun untuk desa wisata dan Pokdarwis 5 terbaik, fasilitasi kelengkapan administrasi, identifikasi dan koordinasi pengembangan desa wisata agro lintas SKPD Provinsi, Formulasi Pergub Nomor 27 Tahun 2021 tentang standar unggulan dan DTW Unggulan, SK Gubernur Nomor 556-575 Tahun 2021 tentang standar unggulan dan DTW Unggulan di Sumatera Barat, fasilitasi BKK Provinsi mulai 2022 untuk kabupaten dan kota.

Desa wisata adalah masa depan pariwisata Sumatera Barat yang orientasi pasarnya masih berbasis utamanya wisatawan nusantara. Desa wisata di Sumatera Barat dikembangkan berbasis budaya, kuliner, dan agrowisata. Desa wisata akan menjadi bagian klaster daya tarik wisata unggulan di setiap kabupaten/ kota. Pemikiran dan inovasi kalangan intelektual dibutuhkan dalam pengembangannya.

Sehubungan dengan banyaknya permintaan siswa dan mahasiswa magang ke kantor Dinas Pariwisata Sumbar, adalah lebih baik mengalihkan potensi mereka ke lapangan, khususnya ke desa wisata yang menjadi masa depan pariwisata Sumatera Barat.

Dalam seminar nasional yang dipanitiai oleh mahasiswa Prodi Usaha Perjalanan Wisata, Politeknik Negeri Padang tersebut Novrial juga menjelaskan kebijakan baru yang diambilnya.

VOKASI KUAT, MENGUATKAN INDONESIA!

 

 

d®amlis