Saatnya PNP Melirik Arab Saudi, “Raja Teknologi Dunia”

 

PNP News. Road map dan riset akademik Arab Saudi dewasa ini difokuskan pada big data dan artificial intelligence (kecerdasan buatan). Kebijakan ini bertolak dari ambisi Pangeran Muhammad bin Salman (MBS) untuk merajai teknologi dunia sebagai upaya peningkatan daya saing “negara pertama pemberi status warga negara kepada robot” tersebut.

 

Hal itu dikemukakan Visiting Professor, Anton Satria Probuwono dari King Abdulaziz University, Saudi Arabia dalam session sharing secara daring bertema “Computing & Information Technologi Research Roadmap in The 4Th Industrial Revolution Era”, Senin, 26 April 2021.

Dalam session sharing yang juga dihadiri oleh mahasiswa tersebut, Anton membeberkan, Kerajaan Arab Saudi akan mempekerjakan para pemudanya di bidang teknologi informasi (IT) dan melokalkan profesi komunikasi dan teknologi informasi (IT). Sektor ini diperkirakan mampu menciptakan 9.000 lapangan kerja di sektor swasta, terangnya.

 

 

Anton juga memamerkan pesona Kementerian Tenaga Kerja Arab Saudi yang menetapkan upah minimum 1.866 Dollar AS untuk pekerjaan khusus dan menggaji lulusan S-1 warga asing dengan latar pendidikan Teknologi Informasi 5-10 ribu Rial atau hampir setara 20-40 juta Rupiah, meski status mereka baru lulus dan belum berpengalaman.

Dalam panduan moderator Dr. Yulherniwati, S.Kom., M.T., Anton menyatakan, Teknologi Informasi dinilai sebagai ilmu yang fleksibel, bisa berkolaborasi dengan disiplin ilmu biologi, fisika, engineering, apalagi dengan akuntansi dan manajemen bisnis. Namun karena perguruan tinggi di Arab Saudi tidak berorientasi profit, hampir tak ditemukan promosi mengenai ujian masuk perguruan tinggi tersebut.

Meskipun demikian, nyaris setiap fakultas dan program studi menyediakan beasiswa, kecuali fakultas kedokteran atau health care, sebagai domain luar biasa yang sengaja diperuntukkan bagi anak negeri. Namun di kalangan swasta, masih saja ada perguruan tinggi yang menerima mahasiswa asing sekaligus memberikan beasiswa, yakni perguruan tinggi Kedokteran dan Laboratorium Medis di Sulaiman Al-Rajhi Colleges/ Al-Bukayriyah, Qassim, ungkap Anton.

 

 

Sebagai bukti ambisi merajai teknologi dunia tersebut, Otoritas Data dan Kecerdasan Buatan Arab Saudi (SDAIA) telah menjalin kerja sama dengan raksasa teknologi asal Tiongkok, Huawei untuk mengembangkan teknologi Artificial Intelligence (AI), terang Anton.

Huawei sudah menciptakan peluang dengan menghubungkan AI dengan 5G, komputasi, cloud, dan aplikasi industri sehingga sudah memiliki strategi jangka panjang mengenai AI. Aplikasi 3G nyaris tak terpakai di Arab Saudi, 4G pun sudah berangsur digantikan 5G, terang sosok yang menjadi Visiting Professor di Laboratorium Robotika, Institut Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Lanjutan Jepang ini.

 

Wakil Direktur 1, Revalin Herdianto mewakili Direktur Politeknik Negeri Padang (PNP): “Penggunaan teknologi informasi memang sudah harus merambah riset. Kampus sebetulnya siap dengan pemutakhiran teknologi. Untuk itu, riset dengan tema apapun boleh, namun penerapan teknologi informasi ke dalamnya adalah keniscayaan!”

 

Melalui kerjasama dengan SDAIA, Huawei juga berharap dapat menciptakan nilai baru di seluruh domain teknologi ini, berkolaborasi dengan pengembang AI dan mitra industri lokal untuk mengubah kerajaan itu menjadi ekonomi berbasis data yang terkemuka di dunia, imbuhnya.

 

Perkembangan Riset Terapan Seperti Melihat Wajah Arab Saudi Kini

Dengan santai Anton memaparkan Roadmap riset dunia akademik Arab Saudi yang sangat terkait dengan Vision 2030 Arab Saudi. Ia menceritakan fakta empirik riset terapan yang sudah berjalan.

Pangeran Arab Muhammad bin Salman menyiapkan cetak biru (blueprint) reformasi Vision 2030 yang memiliki fokus besar pada teknologi dan pusat jaringan data. Latar belakangnya, turunnya harga minyak membuat pemerintah dan industri tradisional mengalami kesulitan dalam memberi pekerjaan di tengah membludaknya angkatan kerja muda. Sekaitan dengan itu, Pangeran membuat beragam perjanjian kerjasama, seperti pembangunan pusat teknologi besar dengan Google, pendirian layanan keamanan siber nasional dengan Raytheon, perusahaan senjata dan elektronik asal Amerika Serikat.

Ia juga tercatat mengadakan pertemuan dengan CEO dan pendiri Amazon Jeff Bezos, CEO Microsoft Satya Nadella, dan pendiri Google Sergey Brin. Pangeran reformis ini juga sempat mengunjungi Universitas Harvard dan Institut Teknologi Massachusetts untuk mendiskusikan perjalanan luar angkasa. Snapchat, Apple, dan Amazon juga menggelar diskusi pembukaan kantor cabang di Arab Saudi.

 

Sophia, robot pertama yang meraih kewarganegaraan dan itu diberikan oleh Pemerintah Arab Saudi. Keinginan Sophia yang bikin sebagian warga resah, Sophia ingin berkeluarga dan punya anak.

 

Arab Saudi semangat membangun kota-kotanya, termasuk Mekkah, sebagai smart city. Segala aspek dalam ‘kota pintar’ ini nantinya berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Negeri monarki tersebut telah memasuki era kemajuan yang mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi dalam setiap aspek perkembangan kota.

Pemerintah Arab Saudi juga semangat menggelontorkan dana riset sesuai keperluan negara tersebut di bidang pertambangan, perminyakan, teknologi kimia, teknologi pertanian lahan kering, desalinasi ‘mengubah air laut menjadi bisa dikonsumsi’ karena ketersediaan air yang kurang di gurun pasir.

 

 

Kota pintar memungkinkan pengembang membuat dan membangun jaringan internet nirkabel guna mendukung perangkat mobile. Ini tidak hanya mudah dalam pemasangan dan pengelolaan, tetapi juga terjangkau dan cukup untuk melihat penyebaran pembangunan di Arab Saudi.

Arab Saudi juga menerapkan teknologi smart waste system yang mampu mengelola 4.000 ton sampah. Aplikasi ini memberikan kemudahan dari segi alur koordinasi antarunit bank sampah daerah dengan bank sampah pusat, serta mendorong masyarakat untuk peduli terhadap sampah dan lingkungan.

Meski berupa riset lanjutan, Arab Saudi bisa memecahkan masalah kerapatan dan kerumunan jamaah dengan menerapkan perhitungan kuadrat daerah virtual digital dengan perhitungan manusia yang spesifik. Metode semacam ini di Eropa dimaksudkan untuk menunjukkan tingkat banyaknya manusia dalam jumlah besar.

 

Riset Teranyar: Menyulap Padang Pasir Menjadi Kebun Sayur dan Buah

Terakhir, Anton membenarkan pernyataan Wakil Direktur 1 PNP, Revalin Herdianto yang menyatakan, pandemi Covid-19 telah memaksa masyarakat dunia untuk menguasai teknologi informasi lebih cepat dari yang diperkirakan, sesuai tuntutan Revolusi Industri 4.0.

 

 

Namun Visiting Professor Universitas Ilmu Pengetahuan Terapan Karlsruhe, Jerman dan Laboratorium Robotika, Institut Iptek Lanjutan Jepang ini menilai, pandemi Covid-19 menjadi peluang bagi masyarakat Arab Saudi untuk menjadi mandiri.

“Setelah pandemi semakin gencar, kewajiban isolasi, dan larangan impor memaksa mereka memikirkan solusi untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Pandemi menyadarkan banyak orang untuk mandiri, memproduksi pangan sendiri. Mereka mulai memikirkan bagaimana menghasilkan sayur- mayur dan buah-buahan sendiri.

 

 

Alhasil, selain memiliki daerah subur alami, seperti Jazan, Saudi Arabia juga memiliki kawasan “subur buatan” berkat teknologi. Tanah digali dan dicor untuk pembuatan tandon-tandon air. Beberapa kawasan padang pasir sudah diubah menjadi lahan pertanian di bawah Kementerian Lingkungan, Air, dan Agrikultura” jelas Anton.

Selain dihadiri dan dibuka secara virtual oleh Wakil Direktur 1 Revalin Herdianto, sharing session itu juga dihadiri oleh Ketua Jurusan Teknologi Informasi, Ronal Hadi dan Sekretaris Jurusan, Rahmat Hidayat. Peserta dari kalangan dosen dan mahasiswa dinilai antusias menggali informasi dari narasumber tunggal tersebut.

VOKASI KUAT, MENGUATKAN INDONESIA!

 

 

d®amlis

Berita Terkait