Mantan Anak Band Kampus yang Tebar Inspirasi di Facebook

In Memoriam

Almarhum Ir. M. Elfian Hadi, M.T.:

Mantan Anak Band Kampus yang Tebar Inspirasi di Facebook

 

PNP News. Walau penyakit itu sudah merontokkan rambut dan menghisap tubuh dan ketampanannya, “Pak Yan” masih rajin datang ke kampus PNP. Ia baru berhenti mengajar Computer Numerical Control (CNC) di Jurusan Teknik Mesin PNP, ketika diminta istirahat_melalui istrinya supaya tidak kecil hati. Bersamaan dengan itu, serangan lanjut penyakit ganas tersebut membuatnya lumpuh. Jelang akhir hayatnya, ia berharap ada generasi muda yang meminati profesi teknisi mesin peralatan medis yang banyak manfaatnya bagi masyarakat, meski dinilai kurang komersil.

 

Berhenti total mengajar, membuat Mantan Pembantu Direktur 3 Politeknik Universitas Andalas (1996-1998) ini lebih banyak berpikir tentang penyakitnya dan rentan frustrasi. Namun sedikit lebih aktif berkomunikasi di media sosial facebook membuatnya terhindar dari depresi. Statusnya di facebook selama perawatan beraneka rasa bagi facebooker, mulai dari perasaan frustrasi, marah, bersemangat, dan pasrah. Namun demikian, ciri khasnya yang rasional terlihat dalam postingannya: “Ikuti kata hatimu, tetapi bawa otakmu bersamamu” (6 November 2016:) atau terkadang optimis: “Kalau kamu bisa mengimpikannya, maka kamu bisa melakukannya” (30 Januari 2017) .

 

 

“Pengelola Jurusan berada dalam keadaan dilematis. Di satu sisi, merasa kurang etis jika dosen yang mestinya istirahat total masih dilibatkan dalam proses belajar mengajar. Di sisi lain, tidak sampai hati menyuruh berhenti. Namun jika kasus ini jadi temuan inspektorat, jauh lebih berbahaya bagi instansi!” demikian Dr. Junaidi, S.T., M.T.

 

Mencoba Tabah dan Realistis

Di awal-awal vonis kanker yang dideritanya, Yan masih mencoba bercanda dan mengumpamakan bodinya sebagai mesin, sehingga postingannya yang kocak muncul pada 20 Desember 2014: “Ibarat mesin lama, pabrik spare part sdh discontinue, kalaupun selesai direnovasi kita khawatir juga ketangguhannya. Ok thx buat semua lovers….smg YMK mendukung dgn kemakmubulanNYA, walaupun hanya utk waktu yg relatif singkat sbg hiburan bagi kita bersama”. Namun keesokan harinya dia mengubah sampul akun facebook-nya menjadi: “rest in peace“ yang bermakna “beristirahat dengan damai”, ucapan yang biasanya ditujukan untuk orang yang meninggal.

Menurut Mantan Direktur Politeknik Universitas Andalas, Suhendrik Hanwar, ST.,MT., M. Elfian Hadi adalah sahabatnya sejak sama-sama di Polytechnic Education Development Center (PEDC) Bandung dulu…. “Beliau cukup baik dan sabar serta ikhlas…. dan bisa menyesuaikan kondisi. Di sisi lain, Zulhendri, S.T., M.T., sesama dosen Jurusan Teknik Mesin yang juga anggota Senat PNP menyatakan, Yan adalah sosok yang serius dalam bekerja, komit, tidak suka mencampuri urusan orang lain dan penuh perhatian pada mahasiswa.

 

 

Kisah Cinta Ala Sinetron TV

“Jika engkau mencintai seseorang, lepaskanlah dia. Jika dia kembali padamu, itu memang telah ditakdirkan untuk kalian. Jika dia tidak kembali, maka cintanya memang tak pernah menjadi milikmu” (18 Januari 2017). Kata mutiara yang dikutip dari penulis Amerika, Richard David Bach yang dalam sejarahnya 3 kali menikah dan 2 kali bercerai itu seolah mengilasbalik kisah cintanya dengan gadis Safiati, mahasiswa IKIP Aceh Jurusan Fisika bertahun silam.

Setelah dirinya menolong gadis yang tiba-tiba pusing dan terjatuh itu, anak band kampus Unsyiah Banda Aceh itu seolah hilang dari peredaran. Yan yang tampan tak lagi melewati lokasi kecelakaan itu. Ia pun jarang nogol di kampus. Pemuda berambut gondrong itu seolah tak ingin perbuatan baiknya terkesan punya pamrih sehingga rasa malunya berhasil mengalahkan rasa khangen dan rindu. Namun semua berakhir ketika secara tak sengaja mereka kembali bertemu ketika sama-sama mengirim wesel di kantor pos.

 

 

Sejak saat itu pemuda berdarah Medan (bapak) campuran Pasaman (ibu) yang lahir di Meulaboh itu bertekad untuk tak lagi melepaskan gadis asal Kota Lhokseumawe Jalur Timur Sumatera, yang dikenal ceria, suka bercerita dan cekatan itu. “Mungkin Tuhan menginginkan kita bertemu dengan beberapa orang yang salah (tidak tepat) sebelum bertemu dengan orang yang tepat. Kita harus mengerti bagaimana berterimakasih atas karunia itu”, tulis Yan pada 17 Januari 2017. Sebaliknya Safiati yang diakrabi “Yanti” bertutur: “Lucu! Kisah Ibu dengan Bapak seperti sinetron TV”. Matanya yang lelah kurang tidur berbinar di antara bibirnya yang kering dan rasa duka usai pemakaman suami tercinta, 8 Agustus 2019.

 

 

Perjuangan di Tanah Suci

Penyakit Yan baru diketahui menjelang mereka mempersiapkan diri untuk menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. Yanti bertekad, mereka harus berangkat menjalankan ibadah tersebut. Ia mempersiapkan segala kebutuhan Yan, termasuk bubur bayi Milna untuk makan Yan yang banyak pantangan. “Tak mungkin 9 jam di pesawat Pak Yan tak makan”, tutur Yanti.

Kondisi Yan yang kian melemah karena tumor tumbuh menekan tengkorak dan mimisan tiap sebentar, membuat Yanti berpikir keras bagaimana menjalankan kegiatan relijius itu dengan efesien dan efektif. Karena rukun haji sifatnya wajib, maka ia berusaha agar Yan sukses menjalankan Ihram, Wukuf di Arafah, Tawaf Ifâdah, dan Sa’i agar haji mereka sah. Mungkin ia tak risau dengan kegiatan mencukur rambut di kepala atau memotongnya sebagian, karena kemoterapi telah merontokkan mahkota kebanggaan Yan sedari muda.

 

 

Di tengah sakit kepala Yan yang berkepanjangan, syarat wajib haji bisa agak sedikit dipilih-pilih. Lagi pula, jika salah satu dari prosesi: memulai ihram dari mîqât (batas waktu dan tempat yang ditentukan untuk melakukan ibadah haji dan umrah), melontar jumrah, mabît (menginap) di Mudzdalifah, Mekah, mabît di Mina, dan Taawaf wada’ (tawaf perpisahan) ditinggalkan, ibadah haji mereka tetap sah, meski harus membayar dam (denda).

 

 

Guru SMA 9 Padang yang mengambil pensiun lebih awal ini berupaya agar Yan tak terlalu memikirkan sakit kepalanya setiap pagi, saat bangun, dan ketika batuk dan bersin. Ia pun berusaha mengerjakan setiap prosesi seefektif mungkin karena Yan sering mengalami kelemahan otot, merasa seperti ditusuk jarum dan kesemutan, mengalami gerakan tubuh yang berantakan, sulit berjalan, dan kejang. Keduanya berusaha tak mengeluh, hingga mereka sukses menunaikan ibadah haji dan selamat kembali ke tanah air.

 

Satu Tiket Untuk Berobat dan Ujian Tesis

Yan terkadang kurang bisa konsentrasi karena mual dan muntah, serta mengalami kelainan dalam penglihatan, sulit bicara atau kurang paham dengan apa yang dikatakan lawan bicaranya. Namun Yanti berusaha tak mempersoalkannya. Ia berusaha menghindarkan Yan dari pikiran-pikiran yang memberatkan, termasuk persiapan sidang tesis mengakhiri perkuliahan S-2.

Meskipun Yanti tahu, Yan akhirnya akan menjalani ujian tesis juga, namun ia tak menyangka waktunya bersamaan dengan keberangkatan mereka check up ke Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta. Kembali, Yanti tidak ingin kedua momen itu gagal. Ia memastikan pada Yan bahwa sidang tesisnya bakalan lancar dan tak perlu membebani pikiran. Dengan cekatan, ia menyiapkan segala keperluan, baik baju lengkap untuk sidang tesis maupun keperluan selama di rumah sakit. Kecemasan dan kelelahan dia tahan dan tak ingin diperlihatkannya di depan Yan yang akan membuat lelaki yang dicintainya itu merasa bersalah karena sudah membikin susah. Yanti seolah menyadari betul, obat utama dari cancer adalah keriangan dan semangat hidup!

 

 

Namun diam-diam wanita cerdik dan lincah, yang dijuluki Yan “Sutradara Cinta” itu menemui dosen pembimbing dan penguji Yan untuk menjelaskan kondisi suaminya yang sebenarnya. Dijelaskannya juga, maksud kedatangan mereka ke Jakarta awalnya adalah berobat ke Rumah Sakit Kanker Dharmais. Sampai Yan dinyatakan lulus dalam sidang tesis, Yanti menyimpan rahasia itu buat dirinya sendiri, karena dia tahu, Yan tak ingin dosen-dosennya tahu kondisinya, sementara pembimbing dan penguji Yan kaget dan bersimpati atas perjuangan dan semangat hidupnya, begitu tahu dari Yanti.

 

Postingan Facebook yang Menginsipirasi

Yan adalah bapak 5 anak, masing-masing Hanah Juwita Eka Putri, Hanie Syifa Athiyah, Hawa Maulidya P., M. Hafidh dan Abdullah Hajid. Putri sulungya seorang dokter, sedangkan salah seorang anak lelakinya sengaja berhenti bekerja di perbankan agar bisa lebih leluasa menjaga bapaknya, meski jadi pengendara gojek sekalipun.

Yan sempat terhenyak kala mendengar vonis dokter tentang penyakitnya. Dirinya dihadapkan pada dua pilihan: mengucilkan diri atau menghadapinya sebagai takdir yang ditetapkan oleh Yang Maha Kuasa. Keimanan dan kesadarannya sebagai imam dan pimpinan bagi keluarga dan mahasiswa yang dibimbingnya membuat Yan berusaha tetap menjadi diri sendiri, optimis, ceria, terbuka, dan menebarkan energi positif dalam bentuk inspirasi dan motivasi di tengah kegalauan dan kegundahannya.

 

 

Mayoritas postingan facebooknya berupa informasi seputar dirinya dalam berjuang melawan kanker otak, termasuk postingan efek samping kemoterapi yang membuat rambutnya yang gondrong harus dicukur botak. Postingannya kadang kocak dan bahasa yang digunakannya campur sari dengan istilah ilmiah sehingga berkesan “tingkat tinggi”: “Luar biasa, zat radioaktif yg masuk lewat darah dan wajah bisa format sbg memory otak juga. Suatu saat kalau kami soan ke Kota Raja, jangan lupa pesan kerang rebus utk menu malam hari, kalau cafe mie aceh di padang sdg bertumbuhan di bbrp kecamatan sekitar kota. Kalau gule kameng perlu di presto lagi, udah nggak kuat ngunyah kuliner standar atlit aktif” (3 September 2017).

 

 

Namun terkadang kritikannya cukup sengak: “Kapan ada Rumah Sakit yang bisa bikin sehat pasien dengan standar peri kemanusiaan yang adil dan beradab milik negara untuk melayani rakyat Indonesia di setiap kabupaten kota dan kecamatan padat penuduk [red: manajemen adm ringkas, data RM sistematik, servis profesional, dr kompeten, teknologi alat mutakhir pendukung tindakan kerja tersedia, biaya dijamin Asuransi Nasional Non profit]… Siapa tahu mimpi yang sama dari banyak pasien dan pendamping pasien ter up load sama inteligen, kemudian dimasukkan dalam daftar prioritas “siaga” oleh tim kerja perencana negara dalam bidang yang bertali temalinya (13 Juni 2017).

Salah satu harapan kelahiran 28 Januari 1959 ini menjelang menutup mata tetap saja berkait dengan teknik mesin_khususnya teknik mesin kesehatan dan moral intelektual. Ia juga seolah mengkhawatirkan kesiapan tenaga medis mengoperasikan mesin kesehatan yang canggih memasuki Era Revolusi 4.0.

.”Semoga Ada” putera puteri Aceh yang punya potensi kecerdasan suka memilih sekolah dengan program studi yang berhubungan dengan peralatan medis camggih, meskipun sulit dan kurang komersil secara individu setelah bersusah payah belajar selama proses pendidikan. …. Namun dari sisi lain dengan sedikit merubah niat untuk kebaikan dan kebaktian melalui pengetahuannya secara spiritual jauh lebih bermanfaat positif bagi semua keluarga, sahabat, bahkan semua orang yang tidak mengenalnya karena ikut tertolong sembuh lebih cepat tepat dari penderitaan rasa sakit continus akut masing2”.

 

 

Kekritisan Yan berubah sinis terhadap kebijakan pemimpin di daerahnya yang lebih mementingkan mengirim atlet bola untuk pelatihan keluar: “Sepertinya sudah takdir bagi bgs ini bukan untuk jadi pemain bola, sdh terbukti. Berapa saja biaya di anggarkan bisa habis utk fasilitas fasilitas pemain dan pengelola, namun hasilnya lebih sering gagal maneehhh dp sukses. Nggak usahlah memaksa diri lewat cabang olah raga apapun, jika hanya untuk unjuk power dan kebanggaan harga diri bangsa dimata dunia. Duit yg banyak lebih baik dan bermanfaat kalau diarahkan untuk pembangunan yang berwujud dan bisa dinikmati rakyat jelata nan kurang beruntung”, tulisnya.

Selamat jalan, Pak Yan! Semoga Yang Maha Kuasa menerima amal ibadahmu dalam mencerdaskan anak bangsa. Semoga generasi muda Indonesia tidak saja berminat mengoperasikan mesin CNC sebagai pengontrolan otomatis mesin-mesin di dunia industri, tapi juga menguasai mesin kesehatan peranti medis yang mempengaruhi nyawa umat manusia, seperti harapanmu.

 

 

_Sebagian foto adalah dokumentasi yang dipublis almarhum untuk umum di akun pribadi media sosial facebook miliknya_

 

d®amlis