Menyongsong 2030:

Indonesia Butuh 58 Juta Pekerja Terampil dan Berpeluang Memanfaatkan Penuaan SDM Eropa

 

PNP News. “Diperlukan tambahan 58 juta _skilled workers untuk menjadikan ekonomi Indonesia peringkat 7 dunia pada 2030″.

 

Hal itu diungkapkan Dr. Gofur Ahmad, ST., MM., Akademisi & Praktisi Sertifikasi – Akreditasi dalam Seminar Nasional Sertifikasi Pengembangan Kompetensi Era Revolusi Industri 4.0, di Kampus Politeknik Negeri Padang, Senin, 10 Februari 2020.

Merujuk Economic Comnunity Asean, ia mengungkapkan, terdapat 14 juta lapangan kerja terbuka sampai 2025 dengan 20 kompetensi keahlian: Pariwisata, Manufaktur, Mekatronika, Elektro, Pertanian, Perdagangan, Perkebunan, Konstruksi, Bisnis & Perdagangan, Industri Kreatif, F&B, Otomotif, Welding, Kimia Industri, Engineering, Pelayaran Niaga, Keperawatan, Instruktur Bahasa, Surveyor, Akunting, Sound & Lighting Eng., Broadcast, dsb.

Gofur yang mengangkat topik “Pembentukan Lembaga Sertifikasi Profesi Berstandar Internasional ISO 17024” ini Secara global melihat peluang bagi SDM Indonesia, 23% penurunan penduduk usia kerja di Eropa dari 2010-2050 akibat ageing society.

Ageing society atau “penuaan penduduk merupakan sebuah kecenderungan yang terjadi sebagai dampak dari perubahan struktur usia dimana angka kelahiran terus mengalami penurunan”.

Pemanfaatan peluang itu menurutnya adalah dengan memanfaatkan momentum bonus demografi sekarang hingga 2040 dan memanfaatkan Program Wajib Belajar 9 Tahun.

Lebih dari 60% penduduk Indonesia berusia muda, 195 juta penduduk usia produktif pada 2040 (meningkat dari 170 juta pada 2015), mereka harus dibekali keterampilan Abad ke-21 agar menjadi generasi emas pada 2045, jelas Gofur semangat.

Angkatan kerja Indonesia sekarang mencapai 124.538.849 jiwa, dengan jumlah pengangguran terbuka 7.005.262 (5,62%) dengan rincian lulusan SD 1.353.720 (19,32%), SMP 1.296.920 (18,51%), SMA 2.111.045 (30,14%) SMK : 1.486.252 (21,22%) DI/II/III 236.664 (3,38%) dan Universitas 520.661 (7,43%).

Masalah utama ketenagakerjaan adalah bekerja tidak penuh lebih dari 34 jam/minggu 35.119.036 (29,88%) dan bekerja penuh lebih dari 34 jam/minggu 82.414.551 (70,12%), paruh waktu 25.148.742 (71,61%), dan setengah penganggur 9.970.294 (28,39%)

 

 

Rancangan Skema Sertifikasi

Dalam amatannya, dosen lebih mengusasi bidang akademik ketimbang praktik ( dosen text book). Sementara jumlah perguruan tinggi vokasi hanya 9% (± 400) dari 4.524 perguruan tinggi. Di sisi lain, pembukaan jurusan vokasi dibatasi sesuai dengan Ketentuan Pendirian PT (Permenristekdikti 50 Tahun 2015 yang menetapkan 1 Daerah jatahnya tidak lebih dari 1 Pendudikan Vokasi, dan Pendidikan Vokasi di Perguruan Tinggi hanya maksimal 10%).

Arah kebijakan pendidikan vokasi menurutnya adalah terjadinya integrasi pendidikan vokasi/kurikulum dengan dunia usaha dan industri.

Karena itu untuk Fakultas Teknik dengan Program Studi Sipil, skema profesi keahliannya adalah Certified Supervisory Management, Certified Quantity Surveyor, dan Certified OHSAS dengan mitra sertifikat kompetensi LSP ISO 17024 dan Asosiasi.

Untuk Program Studi Elektro, skema profesi keahliannya adalah Certified Electrical Instrumentation dan Certified Automation dengan mitra sertifikat kompetensi LSP ISO 17024 dan Asosiasi. Program Studi Mesin skema profesi keahliannya adalah Certified Welder dan Certified Service & Maintenance dengan mitra sertifikat kompetensinya LSP ISO 17024. Program Studi Industri skema profesi keahliannya adalah Certified Manufacturing Process dengan mitra sertifikat kompetensinya LSP ISO 17024. Program Studi Kimia dan Arsitekturnya mitra sertifikat kompetensinya cukup dari Asosiasi. Untuk Program Studi Informatika skema profesi keahliannya adalah Certified Programmer dan Certified System Analyst dengan mitra sertifikat kompetensi LSP ISO 17024 dan Asosiasi.

d®amlis

Fotografer: Naswiradianto

Berita Terkait