Jika Akademi Komunitas (AK) Pesisir Selatan ini kelak mandiri, saya berniat mundur dari PNP dan konsentrasi mengelola AK saja. Di kampung ini saya merasa sangat nyaman, dihargai, dan dicintai. Orang kampung berharap banyak pada saya, terlebih sejak cuaca ekstrem dua tahun terakhir ini. Mereka kesulitan melaut dan mendapatkan hasil maksimal. Tangkapan mereka belum mencapai target tahunan. Mereka terkendala pada ketersediaan alat tangkap. Betapa saya ingin memberikan solusi terbaik untuk masalah yang membelit mereka. Semoga di Sago ini bisa berdiri galangan kapal dan akademi yang memproduksi teknisi kapal. Mungkin tak terbatas untuk kapal tangkap ikan, tapi juga yacht ‘kapal pesiar’, armada militer, cruise line, kapal barang atau penumpang, hei-he!

Debur ombak menghempas bibir Pantai Sago seolah mengamini doa dan tawa pria yang sedang di puncak karier, disibuki dengan segala macam kegiatan akademis, bisnis, organisasi dan alumni, serta terdengar juga memiliki link kuat dengan aparat pemerintah setempat ini. Hembusan angin menebarkan sedapnya rendang lokan, sebangsa kerang hijau bercangkang hitam dari rumah makan yang cuma berjarak beberapa meter dari kampus yang dikoordinirnya, yang terletak di hamparan putihnya pasir Pantai Sago, kebanggaan warga Pesisir Selatan.

Namun jauh dari balik hati pria berusia setengah abad ini ada kegalauan. Seperti dipublish Plt. Kepala Dinas Perikanan Pesisir Selatan, Ir. Arlindawati, M.Si., dari Januari-September 2018, tangkapan ikan baru mencapai 26.521 ton. Capaian itu baru 68% dari target tangkapan ikan tahun ini yang dipatok 39.440 ton. Sementara  Jambi, Bengkulu, Sumatera Utara, Riau, dan Sumatera Selatan menunggu pasokan darinya. Kenyataan ini seolah sedikit menjewer kuping  Safril, ST, M.Si., Koordinator Akademi Komunitas Pesisir Selatan (AK Pessel) yang diakrabi dengan sapaan “Sang Ketum”.

Apalah daya, belum semua problema masayarakat nelayan kabupaten itu bisa terpecahkan, apalagi tahun ini AK Pessel yang baru genap berusia 4 tahun dengan bulan kelahiran yang sama dengan dirinya itu, terbatas sekali dalam kepemilikan mesin kapal untuk pratikum. Pesisir Selatan tercatat memiliki 446 unit kapal yang terdiri dari 215 unit bagan dan 231 tondo. Dari semua itu 50 unit kapal merupakan jenis bagan berkapasitas 30 gross tonnage (GT). Selain itu terdapat juga 1.970 unit perahu yang menggunakan mesin tempel dan puluhan pukat tepi yang dioperasikan nelayan setempat setiap hari.

AK Pessel Diharapkan Memproduksi Teknisi Kapal yang Andal

Ir. Darman Dapersal Dinar,. M.Pd,. BME yang dihubungi dalam kesempatan berbeda mengisahkan, akademi komunitas seperti yang terdapat di Pantai Sago, Pesisir Selatan merupakan bentuk pendidikan vokasional terbaru di Indonesia. Basisya  adalah “keunggulan lokal” atau “memenuhi kebutuhan khusus” yang tujuannya mengembangkan potensi daerah setempat.

 

Ir. Darman Dapersal Dinar,. M.Pd,. BME

 

Koordinator Program Studi Teknik Perawatan dan Perbaikan Mesin Kapal ini mengungkapkan lebih jauh, AK Pessel memiliki tiga program studi, yakni Program Studi Manajemen Informatika, Program Studi Teknik Perawatan Dan Perbaikan Mesin Kapal, dan Program Studi Teknik Fabrikasi dan Pengelasan Logam. Ketiganya diharapkan bersinergi untuk mewujudkan  pendidikan profesional terkemuka, berkualitas, dan inovatif, termasuk  dalam bidang  teknik perkapalan  yang diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat serta berdaya saing global.

Untuk mewujudkannya  misi Program Studi ini, pria yang juga menjabat Ketua Komisi 2 Bidang Pengkajian Penyakit Akibat Kerja dan Kecelakaan Kerja di Perusahaan pada Dewan K-3 Sumatera Barat ini, AK Pessel diharapkan  mampu menciptakan tenaga ahli muda di bidang teknik perkapalan yang memiliki keunggulan kompetitif di dunia usaha  dan industri; meningkatkan kualitas lulusan melalui pendidikan vokasi yang berkualitas sesuai kebutuhan dunia usaha dan industri serta masyarakat; melaksanakan penelitian terapan di bidang teknik perkapalan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesejahteraan masyarakat;  membangun suasana akademis yang berorientasi pada long life education dan mendorong tumbuh kembangnya jiwa wirausaha; dan mengembangkan akademi yang berorientasi pada kualitas, profesionalisme dan keterbukaan serta mampu menghadapi persaingan global.

Apa yang diharapkan dari lulusan nanti? Mereka telah memiliki kemampuan tinggi dalam bidang perawatan mesin kapal, menjadi teknisi kapal yang andal, terampil mendesain dan menghitung angaran biaya proses perawatan dan pemeliharaan mesin kapal, punya  integritas dan ethos kerja yang tinggi, disiplin, mandiri, berkemauan keras, jujur dan bertanggung jawab,  terbuka dan tanggap terhadap perkembangan teknologi, mampu  menerapkan iptek sesuai kebutuhan industri, dan punya keterampilan konseptual dan aplikatif dalam hubungan  antarmanusia, jawab Darman mantap.

AK Pessel Optimis Mandiri

Di Indonesia terdapat 90 akademi komunitas dan 24 di antaranya ditutup karena ketidaksiapan Pemda setempat dan kinerja lembaga yang terus menurun. Apakah “Ketum” pesimis AK Pessel akan mengikuti jejak 24 akademi komunitas lainnya yang berguguran? “Insyaallah, dari segi persiapan kemandirian, AK Pessel telah lengkap syarat, mulai dari pengadaan staf pengajar, staf administrasi, dan jumlah mahasiswa yang meningkat secara berkesinambungan. “Semua komponen sudah diusahakan terpenuhi dan AK Pessel siap menerima visitasi dan monitoring dan evaluasi dari Kemenristekdikti!” ujar Safril mantap.  Wajah  pria berambut semi landak dan bergigi mutiara ini berubah cerah ceria.

Seperti halnya dengan beberapa orang dosen Program Studi Teknik Perawatan dan Perbaikan Mesin Kapal, wajahnya sumringah karena berhembus kabar dalam waktu dekat kampus tersebut mendapat bantuan mesin kapal untuk penunjang riset dan pengabdian kepada masyarakat dari pemerintah.  Kampus ini diharapkan memiliki banyak mesin kapal untuk praktik, punya galangan kapal untuk merancang, memperbaiki, membuat, dan memelihara kapal. Tidak semata kapal penangkap ikan, tapi juga kapal pesiar/yacht, armada militer, cruise line, kapal barang dan penumpang.

 

Bisakah Pantai Sago ataupun lahan yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan disulap menjadi galangan kapal mengingat galangan didesain untuk memperoleh efisiensi yang maksimal, alur pekerjaan yang menjamin kualitas produksi yang tinggi, serta siklus pergerakan material dari gudang penyimpanan melewati seluruh proses fabrikasi, sub-assembly hingga proses akhir grand assembly sebelum proses load out ‘pemuatan’?

 

 

 

Lokasi Akademi Komunitas (AK) Pesisir Selatan

 

Untuk dapat beroperasi, galangan kapal harus memilki sarana pokok dan penunjang. Setidaknya Pesisir Selatan potensial memiliki  salah satu sarana berikut: building berth ‘landasan peluncuran’, building dock ‘building dock shipyard ‘tempat yang digunakan khusus untuk pembangunan kapal baru ( new building)’, slipway ‘landasan dengan kelandaian tertentu yang dibangun dipantai untuk meluncurkan ke laut ataupun menaikkan kapal dari dan ke daratan’, graving dock ‘atau dok kering, jenis dok yang dibangun dengan menggali tanah yang cukup luas di pantai dan memasang pintu air di salah satu sisinya yang terbuka’,  atau lift dock ‘alat yang digunakan  untuk memuat atau menurunkan muatan truk untuk aplikasi di permukaan tanah’.

Selanjutnya memperhatikan lintasan/urutan dari setiap material atau produk agar tidak terpotong, menjaga jumlah gerakan/perpindahan material sampai produk pada batas minimum, memberikan kesempatan yang cukup luas bagi fleksibilitas dan pengembangan ke depan, dan mengkondisikan  lingkungan kerja yang kondusif pada setiap area produksi, khususnya  dari segi keselamatan, kemyamanan dan efisiensi.

Kementerian Perindustrian mencatat, Indonesia memiliki sekitar 250 unit galangan kapal, sekitar 70 unit berada di Batam yang memang menjadi lokasi favorit lantaran kedekatan geografis dengan Singapura. Secara operasional, Pesisir Selatan dapat diandalkan untuk mendukung  berbagai fasilitas utama, baik dalam pembangunan kapal baru ( new building), konversi, reparasi maupun jasa lainnya yang dibutuhkan pelanggan. Pesisir Selatan diharapkan meningkatkan kerjasama dengan sekolah teknik perkapalan lainnya, baik di nusantara maupun mancanegara.  Karena daerah ini potensial memiliki fasilitas jetty ‘sebuah bangunan tegak lurus pantai yang diletakkan pada kedua sisi muara sungai yang untuk mengurangi pendangkalan alur oleh sedimen pantai dan untuk penganggulangan banjir’, bengkel- bengkel, pergudangan, perkantoran dan  peralatannya, dan ketersediaan tenaga listrik. Sisanya kontribusi investor untuk sejumlah  crane ‘alat pengangkat dan pemindah material yang bekerja dengan perinsip kerja tali’,  slipway,  pergedungan,  workshop  pabrikasi  dan permesinan, kendaraan dinas, kendaraan khusus, peralatan keselamatan kerja, alat ukur dan testing hingga teknologi peluncuran kapal.

Namun sebelum semua itu terwujud, ‘Sang Ketum’ sudah dipanggil Sang Khalik, 5 hari setelah ia melontarkan harapan dan cita-citanya. Apakah galangan kapal dan akademi yang memproduksi teknisi kapal cuma sebatas obsesi ‘hasrat atau cita-cita yang menggoda’? Jawabannya ada pada penerus AK Pessel dan masyarakat Pesisir Selatan.

 

Anggota Badan Eksekutif Mahasiswa BEM AK Pessel

 

“Bapak pergi terlalu mendadak. Baru Sabtu kemaren saya minta tandatangan kegiatan badan eksekutif mahasiswa. Bapak bilang saya jangan pernah patah semangat, tak ada yang tak mungkin”. Ketua BEM AK Pessel, Muhammad Afif berujar lirih. Ketiga temannya, Alfi Khairi Yuhendri, Mutia Sawitri, dan Rini Purnama mengiyakan. “Semoga Tuhan mengampuni segala dosa Bapak dan memberi balasan setimpal atas segala amal ibadah beliau”. Keempatnya tertunduk, tafakur di siang yang terik.

d®amlis

Kontributor:  Mulyadi Yusuf

 

 

Berita Terkait