In Memoriam Oong Hanwar: Sosok Ganteng dan Penyayang

 

PNP News. Rabu, 25 Mei 2022, Politeknik Negeri Padang kembali kehilangan karyawan berstatus dosen. Kepergian Oong Hanwar, S.T., M.T., kian mengurangi jumlah dosen di Jurusan Teknik Mesin. Ya, Oong menyusul kepergian dosen sebelumnya, Darman Dapersal, S.T., M.Pd., Ir. M. Elfian Hadi, M.T., Safril, S.T., M.P., dan Zulfikar, S.T., M.T.

 

“Jurusan Teknik Mesin sangat kehilangan. Sudah banyak dosen di jurusan ini yang meninggal sementara rekrutmen dosen masih terbatas”, tutur Zulhendri, dosen Jurusan Teknik Mesin yang dalam waktu dekat akan menunaikan ibadah haji ke tanah suci. Baginya, kepergian Oong tidak hanya mengurangi jumlah dosen tapi juga membuat jurusannya kehilangan pribadi yang setia kawan dan mudah bergaul dengan semua kalangan.

Oong Hanwar, S.T., M.T., berpulang ke rahmatullah Rabu, 25 Mei 2022 pukul 12:15 WIB, di Rumah Sakit M. Jamil Padang dalam usia 52 tahun 7 bulan 6 hari. Alumnus Politeknik Engineering Unand (1992) ini lahir di Bukittinggi, 19 Oktober 1969 dan diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil Politeknik Negeri Padang sejak 1 Maret 1993 dengan masa kerja sampai sekarang selama 29 tahun 2 bulan.

“Selamat jalan kawan….Oong Hanwar ….sejak 1989 sampai akhir Mei 2022 lebih kurang 33 tahun….teman yang gagah, pekerja keras dan disukai banyak teman ….semoga Allah SWT mengampuni kita semua ….sekali lagi selamat jalan kawan….”, Rivanol Chadry teman seangkatannya saat kuliah di D-3 Teknik Mesin Politeknik Engineering Unand dan sama-sama mengabdi sebaga dosen di almamater tercinta, berujar terbata-bata. Jauh hari, sejak ada doa bersama secara online di grup WhatsApp untuk pensiunan PNP, Sultanida Muchni, pikiran Rivanol agak terusik dan perasaannya kurang nyaman. Dia tahu kondisi Oong tapi karena sesuatu dan lain hal dia seolah diminta untuk tidak berbagi informasi.

“Semoga kondisi Oong segera memulih”, katanya saat mengikuti Workshop Evaluasi Capaian Kinerja Triwulan 1 Tahun Anggaran 2022, di The ZHM Premiere Hotel & Convention, Padang, 14 Mei 2022.

Nasrullah, S.T., M.T. mengaku, almarhum pernah curhat padanya saat hendak memeriksakan diri ke dokter. Sebelumnya Oong juga menceritakan tentang sakit kepala yang dideritanya. Dia cerita mau biopsi untuk melihat kanker tersebut ganas atau tidak, bahkan sampai dia selesai kemo, hingga bisa beraktifitas kembali. Lebih jauh Nasrullah berkisah, terakhir ketemu Oong saat dirawat di rumah sakit, tepatnya di ruang UGD. “Oong masih sempat memberikan nasihat terakhir dan saat itu pula kali terakhir saya melihat almarhum, tutur Nasrullah sedih.

 

 

Dengan kepala plontos pasca kemoterapi.

 

Pria hitam manis ini mengaku sangat sedih karena tidak bisa mengikuti penyelengaraan jenazah almarhum. “Saya hanya bisa melihat foto dan menonton video yang dikirim oleh teman-teman”, tuturnya haru di tengah kegiatan Porseni yang digelar di Banjarmasin.

Nasrullah dan Oong berkenalan saat latihan Diksarmil tahun 1992 di Secatab Padangpanjang. “Waktu itu almarhum berstatus sebagai resimen mahasiswa yang mendampingi mahasiswa baru di Padangpanjang. Saya baru masuk Politeknik sebagai mahasiswa baru”. Keduanya mulai akrab saat sudah mulai mengajar di politeknik pada 1997. Semenjak menjadi dosen, almarhum mulai memperlakukan saya sebagai seorang sahabat”, ungkap pria yang digosipkan sebagai kandidat Wakil Direktur 3 Bidang Kemahasiswaan itu.

Menurut Nas_demikian dia diakrabi_, Oong oangnya supel, mudah bergaul, suka bercanda dan asik diajak ngobrol. Kepeduliannya terhadap teman atau orang lain sangat tinggi. “Kadang kami sering ketawa melihat parangai Abang ini. “Padahal ia tidak butuh benda itu, tapi dia beli hanya karena kasian melihat orang yang menjualnya. Bisa dikatakan jiwa sosialnya sangat tinggi, ” terang Nasrullah mengenang.

Dalam bekerja, Oong sangat memegang komitmen dan displin. Dia akan menjalankan sesuatu sesuai aturan yang sudah disepakati, terutama dengan mahasiswa. “Kadang memang aturannya itu menurut kita tidak bagus, tetapi mahasiswa menerima dan setuju dengan aturan yang disepakati itu”, ungkapnya tanpa merinci.

Nasrul mengaku Oong sudah tiada saat technical meeting ‘pengarahan lomba’, Porseni di Banjarmasin. Sekitar 10.00 WIB, Toni menelepon. Katanya, dia sedang di rumah sakit dan akan memindahkan Oong dari Penginapan Aster 3 ke ruang HCU. Kondisi Oong drop dan minta semua teman mendoakan. Siangnya ia dikabari Toni, Oong sudah tiada.

Magister Teknik Institut Sains dan Teknologi Nasional, Jakarta (2009) ini meninggalkan istri, Era Lestari yang dinikahinya pada 15 Agustus 1999, dan telah mengkaruniainya 3 orang anak: Netta Handika Leswari, Nabillah Handika Leswari, dan Nadindra Handika Leswari.

 

 

Mungkin karena Oong adalah “Mama’s Boy’ dan dilimpahi kasih oleh semua kakak dan adiknya, maka ia pun memperlakukan hampir semua orang dengan santun, ramah dalam bertutur kata, dan nada bicaranya menunjukkan jika dia adalah sosok yang penyayang. Oong Hanwar adalah seorang yang sangat humoris, santun dan setia kawan. Satu hal yang terbaik darinya adalah tutur kata. Bahasanya sangat santun dan nada bicaranya sangat penyayang. Dia adalah sahabat yang saya kenal sejak masih mahasiswa dan selalu di hati”, ungkap Suherdian “Selamat jalan kawan doa kami selalu mengiringi kepergianmu.. Semoga Oong ditempatkan Allah SWT di sisi-Nya bersama Rasulullah. Aamiin”, doa pria yang ngetop dipanggil Ed Black ini sedikit tercekat.

 

 

Di hari kepergian Oong, Kafe AADC tutup agak lebih cepat. Saat masih perawatan, Oong masih sempat iseng ikutan berebut memetik jambu biji dan buah rambutan yang ditanam di depan kafe sore-sore selesai kerja.

 

Entah karena “kawan sepaket”, Yan Kafe AADC seolah mengamini kesan yang diungkapkan Nasrullah dan Suherdian. “Bang Oong adalah sosok pria yang perfect dalam semua hal, ya keluarga, ya, pertemanan, ya, lingkungan. Pokoknya semuanyalah!”

 

 

Salah seorang rekan kerja yang seusia dan hampir bersamaan dengan Oong adalah Sri Nita. “Hahaha…Aku sih bisa dihitung dengan jari ngobrol dengan almarhum. Walaupun begitu setiap ketemu, almarhum selalu menyapa ramah dan nanyain kabar, layaknya orang baru ketemu. “Sampe terkadang aku nyelutuk, jika pak Oong jalan dengan putrinya, dikira bapak atau pacar putrinya? Menanggapi itu, Pak Oong ketawa lepas dengan ciri khasnya, seperti Buk Satwarnirat, kakaknya: “Kok Ibu bilang gitu?” Terus terang, tampilan Pak Oong trendy dan bergaya terus. Di mataku almarhum adalah sosok yang “good friends dan down to earth”, puji pelatih dan pengurus yoga provinsi ini.

Lain pula kenangan Salwin Tiroy yang lebih dikenal sebagai “Bang Tommy”. Mantan Pembantu Direktur 3 Politeknik Unand dan Ketua Persatuan Artis Film Indonesia (Parfi) Sumatera Barat ini ikut menyatakan rasa belasungkawa yang dalam. Menurutnya, Parfi Sumbar telah kehilangan putra terbaiknya. Di masa kepemimpinannya, Oong pernah duduk di Bagian Kaderisasi dan Pembinaan Organisasi Parfi Sumbar. Oong dinilai tetap konsisten dan eksis dalam berorganisasi. “Si Ganteng itu rajin menghadiri rapat dan banyak punya ide untuk kemajuan Parfi Sumbar, seperti secara rutin mengadakan pelatihan akting, pendistribusian anggota untuk berkiprah di tingkat nasional, dan lainnya. Saat itu, keorganisasian Parfi belum terpecah menjadi tiga seperti sekarang, jelasnya.

 

 

 

Menurut Tommy, Oong tidak melontarkan program dan ide yang muluk-muluk. Tahun 2013 waktu Parfi Sumbar menggelar Pelatihan Akting Film di Sedona Bumi Minang Hotel, Oong yang diajaknya bergabung begitu percaya diri berdiskusi dengan artis ibukota senior, seperti Jenny Rahman, Ray Sahatepy, Soultan Saladin, dan Alicia Djohar. Bahasan mereka tentang prospek perfilman nasional. Kebetulan saat itu sedang digadang-gadangkan motto “Film nasional harus jadi tuan rumah di negeri sendiri”, jelas pria yang juga menekuni dunia jurnalistik dan jadi bos di salah satu media lokal ini.

Duduk minum kopi 3 jam bersama Oong Hanwar terlalu sebentar, mesti tak banyak yang akan dikatakan. Meski ia irit berkata-kata tapi sekalinya berujar penuh makna, penyampaiannya pun simpatik. Ia pria yang tidak suka gossip apalagi menyinggung perasaan orang lain, tekan Tommy.

Meski agak takut-takut, Toni Daniel berkomentar juga tentang kepergian sahabatnya. Oong memang sangat disayang Mamanya. Buktinya Mamanya lebih nyaman tinggal bersama anak lelakinya dan mempercayakan pengurusan harta keluarga. Jika Oong terlambat pulang, Mama bisa-bisa tidur di teras menunggu anak lelakinya pulang.

Toni membenarkan pernyataan Nasrul. Jelang hari-hari terakhir, Oong memang lebih sering menasihati teman-temannya, seperti mengajak shalat bareng ke mesjid dan berbuat baik dan menghentikan pekerjaan mubazir. Sebelum Covid-19, ia dan Yan Kafe AADC touring spiritual ke Pekanbaru dan shalat di mesjid yang mereka tentukan.

Seolah meninggalkan amanat, Oong berpesan agar Toni Daniel, teman masa kecilnya itu mau memperlakukan anak-anaknya seperti anak sendiri jika ia sudah tiada nanti. Dengan berseloroh, Toni balik nanya, gimana kalau dia yang meninggal duluan? Akhirnya mereka berdua tertawa.

Pandemi Covid-19 membuat istri dan anaknya sangat protektif. Dokter bahkan menganjurkan untuk membatasi kunjungan. Pergaulannya yang luas membuatnya banyak dikunjungi orang di kala sakit. Itu membuat kondisinya kian lelah dan lemah. Dugaan tumor ganas yang bersarang antara hidung dan saluran telinganya membuat kondisinya tiap sebentar drop. Namun lama tak menikmati kebebasan seperti di kala sehat, ia pun merasa seolah dipenjara. Alhasil, istrinya yang selalu memahaminya mengizinkannya keluar asal ditemani oleh orang yang dikenal baik.

Saat mendapat lampu hijau, Oong mengontak Toni. Mereka makan besar “bahidangkan,” di rumah makan favorit dengan menu yang telah lama dirindukannya. Kemudian mereka keliling kota, dan kemudian makan lagi sampai akhirnya pulang dengan lelah namun dalam perasaan puas.

Sekarang Oong sudah tiada. Mungkin Oong sudah bebas dari rasa sakit yang dideritanya. Semua doa terbaik mengalir dari karib kerabat dan teman sepermainan serta teman sekerja. Ada sinyal dari kepergian Oong: “Hidup ini memang terlalu singkat. Manfaatkan untuk selalu berbuat baik.

Selamat jalan sahabat baikku yang pernah ada. selamat jalan kawanku Oong Hanwar. Damailah engkau di dunia sana. Semoga Allah SWT menempatkanmu di tempat yang terbaik”, doa Tommy. Doa kita semua.

 

Itikaf di mesjid sebelum Covid.

 

VOKASI KUAT, MENGUATKAN INDONESIA!

 

 

 

d®amlis

 

 

 

Berita Terkait