Edisi Lebaran

 

Tanpa Mahasiswa, Dosen Tak Bakal Ada di Kampus Besarnya Kampus Bukan Karena Mahasiswa Tapi Karena Alumni

 

PNP News. Tanpa mahasiswa kita, para dosen tak bakalan ada di kampus ini. Setinggi apapun pengembangan diri Anda sebagai seorang dosen, jika tak ada keterhubungan dengan mahasiswa, Anda bukanlah seorang dosen yang baik. Mahasiswa butuh bimbingan dari para dosen dan tendik dan besarnya kampus tergantung pada alumni yang dihasilkannya, bukan karena banyaknya mahasiswa didikan Anda.

  

Wakil Direktur 3 Politeknik Negeri Padang (PNP), Junaldi, S.T., M.Kom, mengungkapkan itu dengan suara baritonnya dalam acara penyerahan SK 80 Persen bagi 23 orang Calon Pegawan Inegeri Sipil (CPNS) PNP, yang berlangsung di Lantai 2 Gedung Pustaka, penghujung Mei 2019.

Pandangannya terhadap pejabat pun terkesan sama. Sehebat apapun pejabat, menurut pria jangkung berkulit hitam manis ini, jika tidak dibantu oleh tim kerja yang tangguh, takkan mampu mewujudkan visi instansi.

Sehubungan dengan itu, Wakil Direktur yang diakrabi “Bang Eddy” oleh para yuniornya ini mengakui sangat menghargai teamwork yang solid. Jika Anda merasa bagian dari tim yang besar ini, jangan sungkan untuk menemui pimpinan untuk membicarakan usulan dan gagasan besar Anda untuk kebesaran dan kesuksesan bersama, tuturnya.

Secara pribadi ia merasa terkesan dengan beberapa CPNS yang punya talenta khusus dan sudah berbuat lebih tanpa menunggu kepastian SK PNS mereka. Mengutip pernyataan Direktur PNP, Surfa Yondri, S.T., S.S.T., M.Kom., Taufik Gusman, S.ST.,M.Ds., dosen honorer dari Jurusan Teknologi Informasi bersedia menahan sakit-senangnya di PNP daripada menerima tawaran Rektor Universitas Negeri Padang (UNP) yang menyediakan seat khusus baginya untuk menjalani ujian PNS.

 

 

 

 

“Saya cukup surprise, saya pikir Taufik sudah PNS. Dia mandan saya dalam olahraga badminton dan kami selalu menang meski di kelas B, karena kalau di kelas A sudah tak kuat lagi!’ ujar Eddy sedikit bercanda.

Selain menjadi dosen dan pembicara dalam seminar dan workshop, Taufik juga dikenal sebagai Ketua Ainaki (Asosiasi Industri Animasi dan Kreatif Indonesia) Cabang Sumbar. Sejak Ainaki terbentuk, kegiatan yang berhubungan dengan animasi semakin marak diadakan di Sumatera Barat seperti, workshop animasi di beberapa kampus, pengiriman peserta untuk pelatihan animasi ke provinsi tertentu, lomba animasi berkerjasama dengan dinas Pariwisata Sumbar, penjariangan pelaku animasi baru setiap hari, yang jumlahnya saat ini sudah ratusan, dan pemotivasian pendirian studio animasi, hingga animasi menjadi sektor yang mulai diperhitungkan oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) untuk wilayah Padang Sumatera barat.

Eddy juga menyatakan salutnya terhadap Rafidola Mareta Riesa, S.ST.Par.,M.Sc. Papa muda yang di sela-sela kewajibanya menjadi “bapak siaga” untuk bayinya yang baru lahir ini sesekali masih menyempatkan diri pulang di luar jam kantor karena mendampingi mahasiswa atau lembur membantu pekerjaan di Jurusan Administrasi Niaga.

Baru-baru ini Rafidola berhasil memenangkan kompetisi riset Program Hibah Bina Desa (PHBD) dengan judul risetnya “Pemberdayaan Masyarakat Desa Wisata Kubu Gadang dalam rangka Menuju Desa Wisata Internasional”. PHBD adalah salah satu program dari Dirjen Dikti Menendikbud yang ditawarkan setiap tahun kepada organisasi mahasiswa baik Ikatan Organisasi Mahasiswa Sejenis (IOMS), Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) maupun Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) untuk berperan serta dalam memberdayakan masyarakat.

Eddy berharap keberhasilan Rafidola mengalahkan dosen senior juga menjadi inspirasi bagi dosen lainnya untuk berkarya dan mengabdi kepada masyarakat, dan tentu saja ssangat diharapkan melibatkan mahasiswa! Selain PHBD, tercatat 13 proposal mahasiswa Politeknik Negeri Padang (PNP) berhasil lolos dalam kompetisi Program Kreativitas Mahasiswa, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (PKM-Dirjen Belmawa Kemenristekdikti) 2019, jelas Eddy.

Sehubungan dengan itu, kami menunggu kiprah bapak ibu untuk melanjutkan membimbing mereka, di samping bimbingan untuk masalah kepemimpinan dan kewirausahaan, serta kegiatan lainnya di bidang kemahasiswaan.

Bagi Wadir 1, Bapak Ibu diharapkan mengembangkan diri dengan melanjutkan studi S-3 ke luar negeri, tapi bagi Wadir 3 bagaimana dosen membantu membina mahasiswa menjadi andal. Pengembangan diri dosen ke depan tak terlepas dari bagaimana mereka memimpin mahasiswa di PNP karena mahasiswa itu butuh bimbingan, baik itu didapatkan dari dosen mereka, tendik, maupun dari tenaga part time. Jadi pengembangan diri dosen juga sejalan dengan pengembangan insititusi, paparnya.

 

 

Seperti disampaikan Direktur dan Wakil Direktur 1, CPNS 23 masuk ke PNP dalam keadaan kampus yang sudah memadai dari segi infrastruktur dan kesempatan. Akses jalan sudah meningkat, bahkan sudah ada internet. Sebagian besar dosen muda sudah memiliki mobil. Kami dulu, Pak Anton dan Pak Revalin, sejak mahasiswa pada 1987-1991 ke kampus naik angkot “cigak baruak”. “Bapak Ibu bahkan mungkin ada yang tak kenal dengan istilah cigak baruak itu”, papar Eddy.

Meskipun demikian, Eddy menyatakan rasa syukur atas pengalaman yang mereka alami itu. Bersyukur itu dilakukan oleh orang yang merasa-i dan yang menghargai, katanya. Begitu juga harapan kami terhadap Bapak Ibu, jangan sampai Bapak Ibu abai atau pura-pura tidak mengenal dosen Politeknik Negeri Padang kalau sudah jadi dosen. Jangan menjadi acuh tak acuh saja lagi, pesannya sambil bercanda.

 

d®amlis

Berita Terkait