Edisi Khusus Lebaran

 

CPNS 23 Dianggap Tidak Berkontribusi Jika Jumlah Prodi atau Ranking Riset PNP “Jalan di Tempat”!

 

PNP News. _“Anda muda, tapi Anda belum tua! Kami tua, tapi kami pernah muda!” Pameo ini menjadi trending pasca penyerahan SK 80 Persen Calon Pegawai Negeri Sipil di kampus Politeknik Negeri Padang (PNP), sejak penghujung Mei 2019.

 

Munculnya pameo tersebut dikarenakan besarnya harapan Direktur PNP, Surfa Yondri, S.T., S.S.T, M.Kom beserta jajarannya terhadap 23 orang CPNS PNP 2019 yang diharapkan masuk secara kaffah, ‘sungguh-sungguh, tidak setengah-setengah’ ke sekolah vokasi yang memiliki 20 program studi ini.

Tersirat dalam acara penyerahan SK 80 Persen CPNS itu, keduapuluh tiga CPNS itu digenjot untuk bersinergi dengan semua unsur yang ada di PNP untuk mengembangkan jurusan dan melahirkan program studi baru atau setidaknya mengerek prestasi PNP di bidang penelitian lebih tinggi lagi.

“Kita ingin PNP besar dan keluar dari kondisi ini. Kita butuh energi baru dan keluar dari kondisi sekarang”. Oleh karena itu kami berharap Anda mau menjalin komunikasi dengan dosen-dosen yang lebih dulu mengabdi di PNP ini”, ungkap Yondri.

Instruktur yang sempat berstatus honorer tapi berhasil menjadi Direktur di almamaternya ini menekankan, dengan bergabungnya CPNS 23, mestinya ranking riset lembaga ini otomatis terdongkrak dan lebih naik lagi. Jangan sampai setelah bergabung, CPNS 23 justru tidak sempat berkontribusi terhadap lembaga, tekannya.

Alumnus D-4 ITB ini mengakui, pernyataannya mungkin menyinggung perasaan sebagian CPNS itu tapi pada prinsipnya ia bermaksud baik dan memang sengaja melontarkan pernyataan itu untuk memotivasi.

UU No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional memuat, selain dosen, di Politeknik juga terdapat instruktur.

Tugasnya adalah memberikan ketrampilan-ketrampilan manual berupa berbagai teknik dan metode pengerjaan serta integrasinya (state of the art), melalui bimbingan, latihan, tutorial produksi dan supervisi yang terencana di bengkel studio / labor uji serta memberikan penilaian terhadap hasil-hasilnya.

Dengan jujur Yondri mengaku, kemampuan CPNS 23 itu melebihi kemampuannya atau mungkin pejabat PNP lainnya, dan dirinya adalah orang yang bersedia mengakui kehebatan itu. “Namun meski dalam penguasaan ilmu mungkin Bapak Ibu lebih hebat dari kami, tapi dari pengalaman tak bisa dipungkiri. Anda muda, Anda belum tua, kami tua, tapi pernah muda. Oleh karena itu kita perlu saling bersinergi dan berbagi”, ujarnya.

Yondri melihat masih banyak dosen PNP yang tidak meneliti. Jika di antara CPNS punya ide untuk meneliti dan menulis di jurnal, ia mengimbau CPNS untuk mengajak dan melibatkan dosen senior, tidak justru mengabaikan atau menunjukkan diri lebih baik.

“Tak perlu ditunjukkan Anda lebih baik dibanding senior, nanti cuma akan menimbulkan conflict of interest sehingga silaturrahmi tidak bisa berjalan dengan baik”, pesannya.

Seperti halnya dengan Wakil Direktur 3, Junaldi, S.T., M.Kom., Yondri tercatat menjalani status karyawan honor di PNP selama 7 tahun. “Ibaratnya, dengan ijazah D-3, saya sama dengan seorang tamtama yang tak lolos, baru dengan ijazah S-2 selevel Akabri, saya diterima, tapi itu lebih baik. Jika saya diterima dengan ijazah D-3 mungkin golongan saya cuma dianggap 2-B, dengan S-1 saya langsung diangkat jadi 3-A. Ini perjalanan nasib, perjalanan hidup masing-masing”, ungkapnya tulus.

Meskipun masih berstatus dosen honor tempo dulu, pria yang berwajah innocence ‘tak berdosa’ ini mengaku sudah banyak yang melamar untuk menjadikannya menantu. “Saya nikah 1996, SK PNS saya 1999” ungkapnya. Berkaitan dengan banyak orang tua yang mencari menantu jelang Syawal, maka “Saya bilang ke Pak Anton tadi malam [Wakil direktur 2, Red.] jika sudah keluar SK CPNS 23 orang itu, langsung saja berikan, tak usah ditahan-tahan”, ujarnya tersenyum simpul.

 

d®amlis

Berita Terkait