Laporan Khusus

 

UMBK & UTBK: Branding-nya Smart Campus Politeknik Negeri Padang

 

Di tengah derasnya upaya menyesuaikan diri dengan megatrend otomasi dan pertukaran data terkini dalam teknologi pabrik Revolusi Industri 4.0, nama Politeknik Negeri Padang (PNP) mencuat untuk diperhitungkan, baik di kalangan universitas maupun perguruan tinggi vokasi.

Satu dari 17 lembaga perguruan tinggi vokasi nasional tertua, pemilik “tambang emas” 63 titik sinyal wifi 2,4 GHz dengan kapasitas jalur internet atau bandwith 250 Mbps ini, terbukti bernyali menggelar ujian berbasis komputer 2 kali berturut-turut untuk kelas kerjasama dengan perusahaan mitranya.

Aksi ujian berbasis komputer itu mendahului Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi (SBMPTN) 2019 yang baru akan digelar pada 10 Juni-9 Juli 2019. Pengelolaan dan pengolahan data SBMPTN dilakukan oleh Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT), satu-satunya lembaga tunggal penyelenggara tes perguruan tinggi terstandar.

 

Direktur PNP, Surfa Yondri, ST., S.S.T., M.Kom.,

 

RI 4.0, Tak Secarik Kertas pun di Kampus

“Tidak ada alasan bagi PNP untuk tidak menjalankan ujian masuk berbasis komputer (UMBK) dan ujian tulis berbasis komputer (UTBK), karena SMP dan SMA saja sudah menerapkannya. Kami hanya ingin memberdayakan secara menyeluruh. Perkembangan sekarang pun sudah dianggap “menikung” oleh rekan Politeknik tempat PNP dulunya “berguru”. Politeknik dimaksud lebih dulu menerapkan ujian berbasis komputer, meskipun sifat ujian mereka masih setengah-setengah: setengah manual atau menggunakan kertas, dan setengahnya lagi berbasis komputer”, demikian Direktur PNP, Surfa Yondri, ST., S.S.T., M.Kom., di tengah acara berbuka bersama Ramadhan tahun ini.

 

 

Seberapa kuatnya kemauan Direktur PNP untuk menerapkan UMBK dan UTBK? “Seandainya dulu Pak Mooduto bilang tidak bisa, karena alasan waktu tak memungkinkan mendesain aplikasi UMBK dan UTBK, mungkin kita nekad membeli server/ sistemnya. Alhamdulillah bisa! Kendala mungkin masalah pengaggaran.Bukan PNP tidak mampu. Program-program baru tidak bisa diikuti begitu saja dengan sistem pengaggaran di PNP. Penganggaran itu lebih dulu ditetapkan, ide atau ‘pangana’ akan program ini muncul belakangan”.

 

Situasi saat perserta ujian UMBK

 

Ujian Seleksi Mandiri PNP Dipastikan UMBK

Yondri memastikan untuk ujian seleksi mandiri tahun ini dipastikan menerapkan sistem UMBK. Jangan lagi ditarik mundur! Pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan Kepala Sub Bagian Umum PNP, Yuhedmi Noeva, S.Sos.,M.Pd untuk memantau dampak dari penerapan sitem IT ini. Ujian tertulis telah menunjukkan berbagai keunggulan dan manfaat, baik dari segi efisiensi sumberdaya manusia, maupun penekanan tingkat kesalahan secara nasional, perguruan tinggi negeri penyelenggara, maupun peserta. Bagi peserta, seleksi bersama ini lebih efisien, murah, dan fleksibel karena adanya mekanisme lintas wilayah, otomatis dan terbuka. Sistem ini juga memupus asumsi miring masyarakat tentang mekanisme rekrutmen jika ada, dan meningkatkan kepercayaan masyarakat ke PNP, terangnya.

 

 

Tambahan Asset, Komitmen, dan Transfer Knowledge

Sebelum ini, PNP menggelar UMBK dan UTBK baru sepaket-sepaket. UMPN pun masih dengan sistem manual. Namun mulai saat ini, M. Fakhri yang menangani Administrasi dan Perlengkapan akan menyiapkan sistem UMBK dan UTBK untuk ujian mandiri dalam waktu dekat ini. Wakil Direktur 2 PNP, Anton, S.T., M.T. saat dihubungi menyatakan, “PNP akan mengusahakan pengadaan 100 unit komputer lagi untuk menunjang UMBK dan UTBK, sehingga total infrastruktur ini 500 unit komputer”.

 

 

Sejalan dengan itu, Yondri juga mengimbau agar tim memastikan seluruh titik-titik simpul di area kampus PNP mendapatkan sinyal wifi. Usahakan semua area terjangkau karena ini tanggung jawab bersama. Kalaupun ada area yang tidak disasar sinyal, masalahnya juga diketahui tim.

 

 

“Saat ini mungkin teamwork dijajal dengan jam kerja yang padat dan tenaga ekstra, namun ke depan, proyek ini diharapkan tidak berhenti pada riset semata tapi juga bisa kita jual dan memberi sumbangan kesejahteraan, jelasnya. Yondri memperkirakan kemungkinan pelanggan pertama PNP adalah tetangga terdekat sesama politeknik di wilayah ini, dan tinggal dilobi. Selanjutnya PNP bisa melakukan transaksi dengan pelanggan lainnya. Dengan demikian kredibilitas PNP dengan sendirinya diakui, demikian Yondri menyemangati tim.

Di samping keoptimisan dalam mengoperasikan tambang emas itu, mengemuka juga kelemahan civitas akademika dalam menangani asset selama ini. Ke depan kita harus meningkatkan penjagaan karena jika institusi rugi, kita juga menjadi rugi, ungkapnya sehubungan dengan lalainya civitas akademika dalam pemeliharaan alat. Sebagai contoh, lalai dalam mematikan alat di labor atau bekerja tidak sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP).

Untuk antisipasi ke depan Yondri juga meminta Ir. H. A. Mooduto, M.Kom untuk melakukan transfer knowledge. Tujuannya, seandainya Mooduto tidak di tempat, sistem masih tetap jalan. Jika ini terselenggara, Mooduto tinggal memantau saja. Karena dalam sistem ini ada rahasia institusi, sosok yang dipilih untuk mengelola tambang emas digital ini benar-benar sosok yang amanah dan kapabel. Untuk itu, jika tahun ini memang ada pelatihan ke arah itu, tahun ini juga tim kita ikutkan dalam pelatihan, ungkap generasi kedua alumnus Politeknik Enginneering Unand ini.

 

 

Butuh Komitmen Bersama

Hasil diskusinya dengan sesama alumni di grup Mantan Pengurus Hima, sistem ini optimis bisa dikembangkan dengan bekerjasama dengan Telkomsel. Sudah kita lobi, ia memastikan.

Hal yang paling penting dalam gawe akbar ini adalah membangun komitmen dan memupus anggapan di kalangan kawan-kawan di kampus akan adanya kekurangan pendapatan. Pimpinan akan berusaha bagaimana pendapaan karyawan tak berkurang, begitu kita hidup di era Revolusi Industri 4.0 ini. Dengan usia yang berangsur kurang produktif bagi sebagian karyawan, kita akan berusaha membuat sistem yang mampu menambah pendapatan namun dengan frekuensi dan beban kerja sedikit. Butuh komitmen bersama untuk semua ini, imbaunya.

Yondri juga mengingatkan untuk tetap melakukan pemanfaatan asset secara maksimal. Sistem IT di kampus menuntut update yang berkesinambungan, jadi jangan puas sampai pada sistem UMBK dan UTBK saja. Sistem ini sebentar lagi juga akan ditinggal jika muncul sistem yang baru.

Di samping itu, jika ada hal berbau IT yang menyangkut layanan, tim diimbau untuk memberikan layanan dulu. Setidaknya, bantu saja dulu atau kunjungi TKP untuk menenteramkan pelanggan, nanti baru dibikinkan surat tugas karena fungsi lembaga kita adalah pelayanan, Yondri mengingatkan. Perubahan mindset ini penting dalam meningkatkan silaturrahim antarcivitas akademika dan meningkatkan kinerja. Minimal dengan hadirnya kita di TKP, kegalauan orang terobat. “Saya sendiri mencoba melakukan itu. Di saat selokan tersumbat dan mendatangkan banjir di area kampus, ambo tibo di situ, untuk menunjukkan respon, jelasnya.

Menyangkut rasa takut atau phobia IT, Yondri menekankan, IT cuma sekedar mengubah kebiasaan dan mengefektifkan pekerjaan. Sistem ini mudah dan nanti juga terbiasa. Oleh karena itu, mereka yang bisa, kita dukung untuk menjalankannya, sementara yang belum siap kita pandu. Sehubungan dengan itu, sistem dumping kita terapkan.

Pimpinan bukan tidak memikirkan masalah ini. Para direktur politeknik selalu diminta Dikti untuk berpartisipasi memperkuat pasar dengan meningkatkan partisipasi pasar. Peminat untuk memasuki Politeknik secara nasional melonjak, tapi daya tampung segitu juga. Jika kondisi tersebut tetap dipertahankan, anggaran Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) kita segitu terus, ajeg! Untuk menambah DIPA jumlah rekrutmen harus ditingkatkan, imbau Direktur yang terbilang rajin memposting kinerja lembaganya di akun pribadi facebook-nya ini.

 

d®amlis

Berita Terkait