Politeknik dirancang untuk menghasilkan tenaga praktisi baik bagi dunia usaha dan dunia industri, maupun SMK – Diploma. Kualitas lulusan Politeknik bisa didapatkan hanya dengan tersedianya teaching factory yang memadai. Di sisi lain, Politeknik amat potensial menjadi pendukung terlaksananya Inpres No 9 Tahun 2016 sepanjang Politeknik diperlakukan sebagai Pendidikan Tinggi Vokasi dan bukan sebagai Universitas.”

 

 

T. Agus Sriyono, Direktur Politeknik ATMI Surakarta

 

Hal itu ditegaskan Nama: T. Agus Sriyono, SJ, Direktur Politeknik ATMI Surakarta dalam Panel Sesi ke-5 Rakernas Ristekdikti yang digelar di kampus Universitas Diponegoro, Jumat, 4 Januari 2019.

Dalam konteks Politeknik versus akademisi, Sriyono melihat Teaching Factory menjadi pembeda utama antara proses belajar mengajar calon praktisi dan akademisi.

Lulusan Politeknik didasarkan pada KKNI. Peringkatan kompetensi ini dihasilkan melalui  praktik produksi di Teaching Factory. DUDI ikut merumuskan profil lulusan, sebab DUDIlah calon pengguna lulusan Politeknik.

Teaching factory dianggap sebagai tempat pembelajaran Politeknik karena kompetensi praktik mahasiswa terjadi jika proses belajar mengajar dikondisikan seperti kondisi kerja di industri.

Praktik mahasiswa akan menghasilkan kompetensi bila menjalankan praktik produksi. Keterlibatan DUDI amat penting, karena menyediakan instruktur, mesin dan pesanan.

Di sisi lsin, penelitian dan pelayanan kepada masyarakat menurutnya sebaiknya diarahkan kepada pengembangan produk, cara produksi yang efektif dan material.

Sriyono tampil sebagai panelis bersama Narasumber Rektor UT, Rektor Binus, Rektor UGM dengan moderator Dr. Arif Satria, Rektor IPB.

 

Peserta Rakernas

 

Belajar dari negara maju, seperti Swiss, Jerman, Jepang, China ada kesan bahwa kualitas dan kuantitas Pendidikan Vokasi ikut menentukan masa depan negara. Masalah Teaching Factory sudah menjadi masalah lintas sektoral dan kompleks. Solusinya perlu melibatkan sejumlah kementrian. Inpres No 9 telah ditandatangani 5 kementrian: Kemenristekdikti, Kemdiknas, Kemen Industri, Kemenaker, BUMN.

Politeknik yang didukung oleh Teaching Factory yang bagus akan menghasilkan tenaga trampil & instruktur yang bermutu, sekaligus menjadi solusi atas ledakan demografi dan penerapan Industri 4.0, tegasnya.

Di akhir paparannya, Sriyono mengusulkan agar teaching factory menjadi media pembelajaran yang efektif di Politeknik.

Profil lulusan Politeknik diintegrasikan dengan kebutuhan Proyek Pembangunan Indonesia. Seluruh Kementrian terkait ikut merumuskan prodi, kuantitas dan kualitas SDM yang dibutuhkan. Kurikulum, tenaga pendidik disinkronkan dengan DUDI. Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat diarahkan kepada pengembangan produk, proses produksi dan material. Instrumen Akreditasi dibuat berbeda dengan Universitas. Sejumlah Kementrian terkait harus duduk dan merencanakan bersama, pungkasnya.

 

d®amlis

Berita Terkait