Manfaatkan Keterlibatan Kemendag Dalam Mencetak Pengusaha Muda

Pengangguran tahun ini mengalami penurunan, dari sekitar 7 juta pada tahun lalu menjadi sekitar 6,8 juta pada 2018. Hipmi punya andil dalam penurunan itu karena dari sekitar 127 juta penduduk yang bekerja, 18,5% adalah wirausahawan. Ironisnya, hasil riset kolaborasi UI dengan Hipmi menunjukkan, bahwa 83% mahasiswa yang baru lulus justru menginginkan jadi karyawan/ pegawai,  sementara hanya 4% yang menginginkan jadi pengusaha.

 

Keprihatinan itu diungkapkan Bahlil Lahadalia, Ketua Umum BPP HIPMI dalam kuliah umum dan pembukaan Rakerda HIPMI Sumbar di kampus PNP beberapa waktu lalu (13/12/18).

 

Bahlil Lahadalia, Ketua Umum BPP HIPMI

 

Kuliah umum tersebut digelar bersamaan dengan penyelenggaraan Rapat Kerja Daerah Badan Pengurus Daerah Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Rakerda HIPMI) Sumatra Barat. Tema yang diusung adalah “Peluang dan Tantangan Generasi Milennial dalam Menyambut Perkembangan Bisnis di Era Revolusi Industri 4.0”

Seperti dilaporkan Ketua Panitia Rakerda,  Aulia Fernanda, kuliah umum dan pembukaan Rakerda tersebut juga dihadiri oleh Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, pengusaha Baba Rafi Hendry Sutiono, Natal Iman Ginting, Manager Director Telkom Mutra Group untuk memotivasi mahasiswa bermental wirausahawan dan para pengusaha muda Sumbar.

 

PNP: Produknya Berbasis Teknologi dan Punya Inkubator Bisnis & Inovasi

Dalam sambutannya, Revalin Herdianto, Ph.D yang mewakili Direktur menyatakan, PNP yang berdiri pada 1987 di atas lahan 8 ha tersebut sudah menghasilkan 17 ribu alumni yang bekerja di instansi pemerintah, BUMN dan swasta, baik di dalam maupun di luar negeri.

Perguruan tinggi yang berstatus mandiri mulai 2014 ini memiliki 3800 mahasiswa dan menghasilkan sekitar 1200 lulusan  per tahun dari jurusan keteknikan dan administrasi yang siap diserap lapangan kerja, disalurkan Hipmi, dan diajak bekerjasama dengan Kemendag.

Dalam kaitan dengan Industrial Revolution 4.0 dan kewirausahaan, PNP sebagai pendidikan vokasi dituntut menghasilkan tenaga terampil dan terdepan dalam pembangunan industri. Oleh karena itu lulusannya harus menguasai teknologi digital selain hard engineering.

Selain itu, PNP juga harus mampu menghasilkan produk yang berbasis teknologi dan memiliki inkubator bisnis dan inovasi. Penelitian dari para dosennya pun diarahkan untuk menghasilkan produk.

Namun demikian, perguruan tinggi vokasi yang terbaik dalam pengelolaan beasiswa bidikmisi ini terkendala dengan ketersediaan peralatan yang mutlak ada dan memadai, kurangnya gedung praktik, dan mahasiswa yang kurang mengenal dunia industri untuk praktik kerja lapangan.

 

Revalin Herdianto, Ph.D, Wakil Direktur I PNP

 

Manfaatkan Keterlibatan  Langsung Kemendag Dalam Mencetak Pengusaha Muda

Senada dengan Bahlil, Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno menyatakan, lulusan perguruan tinggi  mestinya berlomba menjadi pengusaha, bukan menjadi PNS. “Semakin banyak generasi muda suatu negara, semakin maju negaranya. Pengusaha bukan pencari kerja tapi pencipta lapangan kerja”.

Pernyataan Menteri Enggartiasto yang bersedia melibatkan Kementerian Perdagangan secara langsung dalam mencetak pengusaha  muda di Sumatra Barat ini mestinya menjadi motivasi dan modal semangat untuk berkiprah.

Irwan menyatakan, pihaknya terus berupaya mendorong generasi muda agar berani menjadi pengusaha. Salah satu fasilitasi pemerintah untuk mewujudkan hal tersebut adalah menerapkan program KUR tanpa angggunan dan bunga ringan, 7%. Ini merupakan peluang yang harus dimanfaatkan generasi muda,” katanya.

 

Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno

 

Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit pembiayaan modal kerja berupa investasi kepada per seorangan atau kelompok produktif dan layak namun belum atau belum cukup memiliki agunan tambahan.

Suku bunga KUR beberapa tahun terakhir mencapai 22%, kemudian turun jadi 12% pada 2015, terus mengecil 9% pada 2017, hingga tahun ini menjadi 7%.

Gubernur ini dinilai Mendag berhasil mengantarkan Indonesia mendapat penghargaan di ASEAN Expo (Caexpo) 2018 di Nanning, China, karena berani mewarnai stand Indonesia dengan kuliner dan  tarian budaya Minang. Ia  juga berhasil memancing Menag memastikan bantuan Kemendag untuk pembangunan  Pasar Buah di Kawasan Pasar Raya Padang dan lanjutan pembangunan Pasar Tradisional Pariaman pasca gempa 2009. Pasar Buah yang dialokasikan di satu tempat ini direncanakan bisa dimanfaatkan pedagang pada 2019.

 

Story Teller dan Gerobak Kecil di Sudut Kota

Dalam panel yang dipandu Rikki Vitria, dosen Teknik Elektro PNP, Ginting menyatakan, dalam Revolusi 4.0 hanya ada 2 profesi yang tidak tergantikan oleh robot: yakni orang yang bisa membaca data dan story teller atau orang yang bisa menceritakan arti data.

“Peluang ini harus bisa diisi oleh para intelektual!” katanya.

Selain Ginting, panelis lainnya adalah Hendy Setiono, pengusaha muda yang menjabat Founder & CEO Baba Rafi Enterprise.

 

Natal Ginting menerima cenderamata dari Ketua Panitia Penyelenggara Acara, Aulia Fernanda

 

Dengan modal awal Rp. 4 Juta, 1 orang karyawan, dan 1 gerobak kecil di sudut Kota Surabaya Hendy berhasil mendirikan PT Baba Rafi Indonesia.

Kebab Turki Baba Rafi yang dirintisnya telah bertransformasi menjadi bisnis waralaba yang mendunia. Sekitar 1300 outletnya tersebar hingga ke Malaysia, Pilipina, Singapura, Cina, Srilanka, Bangladesh, Brunei Darussalam, dan Belanda.

Selain menuai sukses di bidang waralaba, Juara 1 Franchise Global Indonesia merangkap Asia’s Top 10 Young Entrepreneur Award ini juga melebarkan sayap dengan mendirikan Container Kebab, Waroeng Mee, Foresthree, Cekekinian, dan Tambak Udang Vaname.

Rakerda Hipmi berlangsung hingga 20 Desember 2018 di berbagai tempat, seperti Kyriad Bumiminang Hotel dan   STKIP PGRI Sumbar.

 

Hendy Setiono (kiri), pengusaha muda, Founder & CEO Baba Rafi Enterprise

d®amlis

Foto: Teddy W

Berita Terkait