Industri bahasa dan profesi penerjemah memiliki signifikansi khusus dalam komunikasi multilateral dan kerjasama lintas negara serta pembangunan ekonomi regional, namun industri ini dinilai belum mapan. Perguruan tinggi dituntut lebih jeli membaca peluang dan tantangan dari segi teori, standaridasi, dan regulasi, serta penguasaan teknologi yang berhubungan dengan penerjemahan yang semakin canggih.

Hal itu diungkapkan Ade Indartra, S.S., MBA, mantan penerjemah tulis tangan Rp.1.000 per lembar di rental-rental komputer, yang sekarang menjabat Regional Language Manager di Netflix, salah satu perusahaan penyewaan DVD online pertama dan terbesar yang berpusat di Los Gatos, California.
Mantan Manajer Bahasa di Layanan Jejaring Sosial Facebook ini tampil dalam mega panel Seminar Nasional Industri Bahasa 2018 yang digagas Jurusan Bahasa Inggris PNP di Kyriad Bumiminang Hotel, Padang beberapa waktu lalu.

 

 

Pengelola Jurusan Bahasa Inggris PNP, misalnya, harus mengkaji ulang tujuan pendirian jurusan, paham akan peran literasi teknologi sebagai komponen kualitas para profesional, serta mampu mendefinisi ulang isi kurikulum serta menerapkan pembaruan dalam model dan metode pengajaran dengan dukungan teknologi baru sebagai alat dan motif.
Jelang akhir tahun lalu, misalnya, Google meluncurkan perangkat terkini, Pixel Buds, sepasang headphone yang bisa menerjemahkan bahasa asing secara real time.
Piranti ini memungkinkan pengguna berbicara dalam bahasa asing meski mereka sama sekali tidak bisa berbahasa asing tersebut.
Solusi untuk itu antara lain penerapan teknologi sumber terbuka ( open-source ) sebagai perangkat lunak manajemen pengajaran, penerjemahan berbantuan komputer ( CAT), sistem pencarian pangkalan data, dan pengetahuan. Teknologi sumber terbuka jadi sektor khusus dalam teknologi penerjemahan. Diskusi online pun perlu diterapkan dalam komunikasi dosen dan mahasiswa.

Magang di Agensi Penerjemahan
Dalam sesi tanya jawab Hasbi, Dosen Jurusan Bahasa Inggris sempat menanyakan bagaimana kiat lulusan Bahasa Inggris PNP supaya bisa langsung bekerja di perusahaan besar selevel Facebook.
Solusinya menurut Ade, perguruan tinggi harus lebih gencar mempromosikan keberadaan penerjemah potensial, misalnya melalui seminar nasional industri bahasa, atau seminar internasional dengan melibatkan pengguna sebagai pembicara sehingga kebutuhan industri selaras dengan SDM yang diproduksi.
Selain itu, untuk bisa mengantongi 20 US $ per jam, mahasiswa atau lulusan harus berani magang di perusahaan-perusahaan besar, semisal Google, Facebook, Expedia, Booking.com, Moravia, Uber, Paypal, Huntington Ingall Industries, dll.
d®amlis

Berita Terkait